Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengaku belum bisa melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdaerah (DBD) saat pandemi COVID-19 di daerah ini karena kegiatan ini melibatkan banyak orang.

“Kami masih tetap melaksanakan penyelidikan epidemiologi (PE) dan fogging. Yang tidak bisa dilaksanakan PSN karena mengumpulkan banyak orang,” kata Pengelola Program DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko Bara Lendra dalam keterangannya di Mukomuko, Senin.

Ada beberapa tahapan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko untuk melakukan pencegahan penyebaran penyakit DBD, yakni penyelidikan epidemiologi (PE) jentik nyamuk yang menularkan penyakit DBD, fogging atau pengasapan untuk membunuh induk nyamuk dan PSN.

Ia mengatakan kegiatan PE tidak perlu mengumpulkan orang banyak, tetapi cukup beberapa orang petugas kesehatan melakukan penyelidikan sumber jentik nyamuk yang menular DBD.

Kemudian kegiatan fogging atau pengasapan juga tidak membutuhkan banyak orang, tetapi cukup satu orang petugas kesehatan melakukan pengasapan di rumah warga yang terkena DBD.

Ia menyatakan meskipun kegiatan PSN belum bisa dilaksanakan saat pendemi COVID-19 oleh sejumlah pihak, tetapi kegiatan bisa dilaksanakan oleh warga sendiri dan dia wajib melaksanakanya untuk mencegah penyebaran penyakit ini.

Ia mencatat sebanyak 60 orang warga setempat yang positif terjangkit DBD terhitung sejak bulan Januari hingga April 2020, satu orang penderita di antaranya meninggal dunia.

Dari sebanyak 60 kasus DBD ini, sebanyak dua kasus terbaru pada akhir bulan April tahun ini tersebar di wilayah Kecamatan Penarik dan teramang Jaya belum difogging oleh petugas kesehatan setempat.

“Dua belum di fogging, tetapi dalam waktu dekat ini kami akan melakukan fogging di dua lokasi yang ditemukan adanya kasus DBD,” ujarnya.

Pewarta: Ferri Aryanto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020