Pekanbaru (Antara Bengkulu) - Ikan salai yakni ikan patin segar yang diolah melalui proses pengasapan oleh UMKM di Desa Koto Mesjid dan Pulau Gadang Kabupaten Kampar, Provinsi Riau telah merambah pasar Malaysia dan Singapura.
"Untuk pasar Malaysia dan Singapura saja sejak tahun 2010 hingga 2012 diperkirakan mencapai tiga ton. Ikan ini laris karena tidak mengandung pengawet," kata Agus Salim, Pengawas pengolahan ikan salai di Desa Koto Mesjid, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Riau, Rabu.
Ikan salai diproduksi oleh UMKM di Desa Koto Mesjid Kampar yang merupakan mitra binaa PT Telkom tbk memiliki sebanyak 56 pekerja mulai dari tukang potong ikan dan membuang kotoran serta insang ikan, tukang belah ikan dan tukang salai (membakar).
Ikan salai yang berasal dari ikan patin itu diolah atau dibakar tidak menggunakan penyedap rasa atau aroma serta juga tidak pakai formalin sebagai bahan pengawet ikan.
Menurut Agus Salim, yang juga Kepala Dusun II Pincuran Gading Koto Masjid itu pemasaran untuk ekspor ikan salai antara lain dilakukan oleh para pedagang pengumpul di Kota Pekanbaru dan selanjutnya dibawa ke Malaysia dan Singapura.
Pemasaran ikan salai untuk kegiatan ekspor, katanya, memang belum ditata secara proporsional namun demikian permintaan ikan untuk pasar luar negeri masih tinggi disamping permintaan pasar lokal.
"Permintaan ikan salai asal Kampar Riau masih tinggi yakni untuk pasar Batam, Jakarta, Medan, Aceh dan Sumbar," katanya sedangkan pengolahan ikan salai berasal dari ikan patin segar yang dipanen berumur empat bulan.
Sedangkan proses pembuatan ikan salai adalah dimulai dari pemanenan ikan patin langsung dari kolam kemudian dibersihkan atau dibuang insangnya, lalu ikan patin itu dibelah tengahnya namun tidak putus. Selanjutnya ikan yang sudah dibersihkan tadi dimasukkan kedalam air yang berada dalam bak pertama.
Ikan patin yang sudah dipotong yang berada dalam rendaman bak pertama dipindahkan lagi ke bak kedua direndam kembali dan juga ditunggu beberapa menit untuk menghilangkan kandungan darah ikan patin yang dibelah tersebut.
"Selanjutnya ikan tersebut dibakar pada pembakaran yang sudah disediakan hingga matang," katanya kemudian ikan tersebut diangkat dan didinginkan untuk segera siap dikemas.
Hasil panen dari sentra budidaya ikan di Desa Koto Mesjid selain diolah menjadi produk olahan ikan salai juga abon ikan, ikan asin (pudung), dan nugget ikan. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Untuk pasar Malaysia dan Singapura saja sejak tahun 2010 hingga 2012 diperkirakan mencapai tiga ton. Ikan ini laris karena tidak mengandung pengawet," kata Agus Salim, Pengawas pengolahan ikan salai di Desa Koto Mesjid, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Riau, Rabu.
Ikan salai diproduksi oleh UMKM di Desa Koto Mesjid Kampar yang merupakan mitra binaa PT Telkom tbk memiliki sebanyak 56 pekerja mulai dari tukang potong ikan dan membuang kotoran serta insang ikan, tukang belah ikan dan tukang salai (membakar).
Ikan salai yang berasal dari ikan patin itu diolah atau dibakar tidak menggunakan penyedap rasa atau aroma serta juga tidak pakai formalin sebagai bahan pengawet ikan.
Menurut Agus Salim, yang juga Kepala Dusun II Pincuran Gading Koto Masjid itu pemasaran untuk ekspor ikan salai antara lain dilakukan oleh para pedagang pengumpul di Kota Pekanbaru dan selanjutnya dibawa ke Malaysia dan Singapura.
Pemasaran ikan salai untuk kegiatan ekspor, katanya, memang belum ditata secara proporsional namun demikian permintaan ikan untuk pasar luar negeri masih tinggi disamping permintaan pasar lokal.
"Permintaan ikan salai asal Kampar Riau masih tinggi yakni untuk pasar Batam, Jakarta, Medan, Aceh dan Sumbar," katanya sedangkan pengolahan ikan salai berasal dari ikan patin segar yang dipanen berumur empat bulan.
Sedangkan proses pembuatan ikan salai adalah dimulai dari pemanenan ikan patin langsung dari kolam kemudian dibersihkan atau dibuang insangnya, lalu ikan patin itu dibelah tengahnya namun tidak putus. Selanjutnya ikan yang sudah dibersihkan tadi dimasukkan kedalam air yang berada dalam bak pertama.
Ikan patin yang sudah dipotong yang berada dalam rendaman bak pertama dipindahkan lagi ke bak kedua direndam kembali dan juga ditunggu beberapa menit untuk menghilangkan kandungan darah ikan patin yang dibelah tersebut.
"Selanjutnya ikan tersebut dibakar pada pembakaran yang sudah disediakan hingga matang," katanya kemudian ikan tersebut diangkat dan didinginkan untuk segera siap dikemas.
Hasil panen dari sentra budidaya ikan di Desa Koto Mesjid selain diolah menjadi produk olahan ikan salai juga abon ikan, ikan asin (pudung), dan nugget ikan. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013