Kalangan petani karet di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan rendahnya harga jual getah karet yang saat ini hanya dihargai Rp3.000-3.500 per killogram.
Ponimin (46), petani karet yang ada di kawasan Bukit Basah Desa Lubuk Kembang, Kecamatan Curup Utara, saat dihubungi di Rejang Lebong, Senin, mengatakan anjloknya harga jual getah karet ini terjadi sejak pandemi COVID-19 melanda Tanah Air dari sebelumnya Rp7.500 per kg.
"Harganya anjlok, saat ini cuma dihargai Rp3.000 sampai Rp3.500 per kg, harga ini berlaku untuk karet harian atau mingguan," kata dia.
Rendahnya harga jual getah karet ini tambah dia, membuat kalangan puluhan petani karet di daerah itu sebagian beralih ke usaha lainnya seperti menjadi pembuat gula aren dan ada juga yang menjadi petani kopi.
"Kebun karet saya ada sekitar satu hektare, setiap hari menghasilkan getah sekitar 10 kg. Untuk selain ada tanaman karet, saya juga membuat gula aren memanfaatkan nira dari aren yang ada di dalam kebun," urainya.
Dari mengolah air nira ini Ponimin mengaku, per hari bisa mendapat tambahan hingga Rp91.000 dari gula aren yang dihasilkannya sekitar 7 kg yang dijual kepada pengepul seharga Rp13.000 per kg.
Sementara itu di tempat terpisah Yadi (35), warga Desa Lubuk Kembang lainnya menyebutkan selain harga getah karet yang mengalami penurunan drastis juga terjadi pada harga jual biji kopi yang pada awal 2020 lalu sempat bertahan dikisaran Rp20.000 per kg kini turun menjadi Rp16.000-17.000 per kg.
"Saat ini harga biji kopi kering dibeli pengepul berkisar Rp16.000 sampai Rp17.000 tergantung dengan kualitasnya. Harga kopi ini cenderung stabil dan tidak ada tanda tanda akan naik," urainya.
Dia berharap, pemerintah daerah setempat bisa membantu kalangan petani yang terdampak dari rendahnya harga jual komoditas pertanian tersebut sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan pokok dan mengembangkan usahanya.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
Ponimin (46), petani karet yang ada di kawasan Bukit Basah Desa Lubuk Kembang, Kecamatan Curup Utara, saat dihubungi di Rejang Lebong, Senin, mengatakan anjloknya harga jual getah karet ini terjadi sejak pandemi COVID-19 melanda Tanah Air dari sebelumnya Rp7.500 per kg.
"Harganya anjlok, saat ini cuma dihargai Rp3.000 sampai Rp3.500 per kg, harga ini berlaku untuk karet harian atau mingguan," kata dia.
Rendahnya harga jual getah karet ini tambah dia, membuat kalangan puluhan petani karet di daerah itu sebagian beralih ke usaha lainnya seperti menjadi pembuat gula aren dan ada juga yang menjadi petani kopi.
"Kebun karet saya ada sekitar satu hektare, setiap hari menghasilkan getah sekitar 10 kg. Untuk selain ada tanaman karet, saya juga membuat gula aren memanfaatkan nira dari aren yang ada di dalam kebun," urainya.
Dari mengolah air nira ini Ponimin mengaku, per hari bisa mendapat tambahan hingga Rp91.000 dari gula aren yang dihasilkannya sekitar 7 kg yang dijual kepada pengepul seharga Rp13.000 per kg.
Sementara itu di tempat terpisah Yadi (35), warga Desa Lubuk Kembang lainnya menyebutkan selain harga getah karet yang mengalami penurunan drastis juga terjadi pada harga jual biji kopi yang pada awal 2020 lalu sempat bertahan dikisaran Rp20.000 per kg kini turun menjadi Rp16.000-17.000 per kg.
"Saat ini harga biji kopi kering dibeli pengepul berkisar Rp16.000 sampai Rp17.000 tergantung dengan kualitasnya. Harga kopi ini cenderung stabil dan tidak ada tanda tanda akan naik," urainya.
Dia berharap, pemerintah daerah setempat bisa membantu kalangan petani yang terdampak dari rendahnya harga jual komoditas pertanian tersebut sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan pokok dan mengembangkan usahanya.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020