Yayasan Kanopi Hijau Indonesia bersama SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu sager merealisasikan program sekolah energi bersih yakni sekolah dengan fasilitas listrik untuk pembelajaran yang bersumber dari energi terbarukan yakni listrik tenaga surya.
“Program sekolah energi bersih ini adalah inrestasi jangka panjang sekaligus kontribusi kami untuk penyelamatan lingkungan,” kata Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu Sutanpri, Jumat.
Pernyataan ini disampaikan dalam dialog publik virtual dengan tema “Sekolah energi bersih, peta jalan dalam menyelamatkan lingkungan” yang digelar Yayasan Kanopi Hijau Indonesia yang disiarkan langsung lewat akun media sosial Facebook dan Youtube Kanopi Bengkulu.
Sutanpri mengatakan inisiatif program sekolah energi bersih ini diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana upaya yang dapat dilakukan masyarakat dan lembaga atau yayasan dalam menyelamatkan bumi.
“Bumi ini akan kita wariskan kepada generasi masa depan jadi sebaiknya sejar dini kita bijak dan arif menjaga warisan ini sehingga tetap layak ditempati anak cucu kita,” katanya.
Dalam diskusi ini juga menghadirkan Pengkampanye Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu, Juru Kampanye 350.org Indonesia, Irfan Toni, Manager Kampanye Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Arip Yogiawan dan dipandu Ketua Kanopi HIjau Indonesia, Ali Akbar.
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu adalah sekolah pertama di Bengkulu yang menjadi sasaran program sekolah energi bersih. Sekolah ini ditargetkan menjadi ikon gerakan penyelamatan lingkungan. Perangkat tenaga surya di sekolah ini direncanakan terpasang pada akhir September atau awal Oktober 2020.
Untuk pengadaan listrik bertenaga surya di sekolah ini, Yayasan Kanopi Hijau Indonesia bersama pihak SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu menggalang donasi publik sejak awal tahun 2020 dengan target dana terkumpul sebesar Rp100 juta.
Saat ini menurut Ali sudah terkumpul dukungan publik sebear Rp70 juta yang terhimpun dari 400 orang donatur. Pada donatur tersebut berasal dari berbagai daerah dan malanga dengan donasi maksimal yang dibatasi sebesar Rp1 juta.
“Donasi publik ini juga menargetkan semakin banyak donatur yang terlibat maka semakin banyak orang dan pihak yang paham bahwa menggunakan energi terbarukan ini adalah babian dari penyelamatan lingkungan,” kata Ali.
Lebih lanjut Ali berharap sekolah energi bersih ini dapat berkembang ke sekolah-sekolah lain sehingga gerakan pembangunan sekolah energi bersih semakin memasyarakat dan menjadi tren.
Selain itu, program ini juga menjadi salah satu kampanye Kanopi Hijau Indonesia yang empat tahun terakhir gencar mengkampanyekan penolakan dan penghentian penggunaan energi listrik berbahan bakar fosil, terutama batu bara.
Juru Kampanye 350.org Irfan Toni mengatakan ditengah krisis iklim yang saat ini melanda dunia, gerakan sekolah energi bersih merupakan tindakan nyata yang harus diapresiasi.
“Karena kerusakan lingkungan semakin memprihatinkan yang dibuktikan dengan meningkatnya emisi karbon dengan kadar saat ini 440 ppm di udara dan ini sudah tidak sehat bagi mahluk hidup,” kata Irfan.
Mirisnya kata Irfan, Indonesia masuk dalam lima besar negara terbesar penyumbang emisi. Mengutip penelitian para ahli bahwa umat manusia hanya punya waktu 10 tahun untuk menyelamatkan bumi sebelum semuanya tidak terkendali.
Manager Kampanye YLBHI, Arip Yogiawan menilai dari sisi peraturan perundang-undangan, pemerintah Indonesia akan sulit mengurangi emisi sebab proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara yang merupakan penghasil emisi justru terus ditambah.
Menurutnya, komitmen pemerintah tidak sejalan dengan fakta lapangan dan tidak menunjukkan keseriusan dalam menurunkan emisi. Faktanya, PLTU batu bara terus didirikan, batu bara terus dikeruk dalam bumi yang menyisakan lubang tambang dan hilangnya ruang hidup rakyat.
“Saat ini Indonesia masih menggunakan energi fosil hingga 60 persen dan ke depan juga masih mengarusutamakan batu bara, mulai dari tambang dan PLTU batu bara,” katanya.
Sementara Pengkampanye Energi Greenpeace, Bondan Andriyanu menjelaskan bahaya abu pembakaran batu bara yang keluar dari cerobong PLTU namun tidak terlihat dengan mata telanjang. Jika terhirup manusia, abu batu bara yang mengandung SO2, NO2, PM 2.5 masuk ke dalam tubuh ke jaringan darah dan merusak jaringan otak bahkan mengakibatkan kematian dini.
Karena itu menurut Bondan, program sekolah energi bersih yang digagas Kanopi Hijau Indonesia dan SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu sangat positif untuk menjadi langkah nyata untuk mewujudkan lingkungan yang baik dan séhat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
“Program sekolah energi bersih ini adalah inrestasi jangka panjang sekaligus kontribusi kami untuk penyelamatan lingkungan,” kata Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu Sutanpri, Jumat.
Pernyataan ini disampaikan dalam dialog publik virtual dengan tema “Sekolah energi bersih, peta jalan dalam menyelamatkan lingkungan” yang digelar Yayasan Kanopi Hijau Indonesia yang disiarkan langsung lewat akun media sosial Facebook dan Youtube Kanopi Bengkulu.
Sutanpri mengatakan inisiatif program sekolah energi bersih ini diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana upaya yang dapat dilakukan masyarakat dan lembaga atau yayasan dalam menyelamatkan bumi.
“Bumi ini akan kita wariskan kepada generasi masa depan jadi sebaiknya sejar dini kita bijak dan arif menjaga warisan ini sehingga tetap layak ditempati anak cucu kita,” katanya.
Dalam diskusi ini juga menghadirkan Pengkampanye Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu, Juru Kampanye 350.org Indonesia, Irfan Toni, Manager Kampanye Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Arip Yogiawan dan dipandu Ketua Kanopi HIjau Indonesia, Ali Akbar.
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu adalah sekolah pertama di Bengkulu yang menjadi sasaran program sekolah energi bersih. Sekolah ini ditargetkan menjadi ikon gerakan penyelamatan lingkungan. Perangkat tenaga surya di sekolah ini direncanakan terpasang pada akhir September atau awal Oktober 2020.
Untuk pengadaan listrik bertenaga surya di sekolah ini, Yayasan Kanopi Hijau Indonesia bersama pihak SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu menggalang donasi publik sejak awal tahun 2020 dengan target dana terkumpul sebesar Rp100 juta.
Saat ini menurut Ali sudah terkumpul dukungan publik sebear Rp70 juta yang terhimpun dari 400 orang donatur. Pada donatur tersebut berasal dari berbagai daerah dan malanga dengan donasi maksimal yang dibatasi sebesar Rp1 juta.
“Donasi publik ini juga menargetkan semakin banyak donatur yang terlibat maka semakin banyak orang dan pihak yang paham bahwa menggunakan energi terbarukan ini adalah babian dari penyelamatan lingkungan,” kata Ali.
Lebih lanjut Ali berharap sekolah energi bersih ini dapat berkembang ke sekolah-sekolah lain sehingga gerakan pembangunan sekolah energi bersih semakin memasyarakat dan menjadi tren.
Selain itu, program ini juga menjadi salah satu kampanye Kanopi Hijau Indonesia yang empat tahun terakhir gencar mengkampanyekan penolakan dan penghentian penggunaan energi listrik berbahan bakar fosil, terutama batu bara.
Juru Kampanye 350.org Irfan Toni mengatakan ditengah krisis iklim yang saat ini melanda dunia, gerakan sekolah energi bersih merupakan tindakan nyata yang harus diapresiasi.
“Karena kerusakan lingkungan semakin memprihatinkan yang dibuktikan dengan meningkatnya emisi karbon dengan kadar saat ini 440 ppm di udara dan ini sudah tidak sehat bagi mahluk hidup,” kata Irfan.
Mirisnya kata Irfan, Indonesia masuk dalam lima besar negara terbesar penyumbang emisi. Mengutip penelitian para ahli bahwa umat manusia hanya punya waktu 10 tahun untuk menyelamatkan bumi sebelum semuanya tidak terkendali.
Manager Kampanye YLBHI, Arip Yogiawan menilai dari sisi peraturan perundang-undangan, pemerintah Indonesia akan sulit mengurangi emisi sebab proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara yang merupakan penghasil emisi justru terus ditambah.
Menurutnya, komitmen pemerintah tidak sejalan dengan fakta lapangan dan tidak menunjukkan keseriusan dalam menurunkan emisi. Faktanya, PLTU batu bara terus didirikan, batu bara terus dikeruk dalam bumi yang menyisakan lubang tambang dan hilangnya ruang hidup rakyat.
“Saat ini Indonesia masih menggunakan energi fosil hingga 60 persen dan ke depan juga masih mengarusutamakan batu bara, mulai dari tambang dan PLTU batu bara,” katanya.
Sementara Pengkampanye Energi Greenpeace, Bondan Andriyanu menjelaskan bahaya abu pembakaran batu bara yang keluar dari cerobong PLTU namun tidak terlihat dengan mata telanjang. Jika terhirup manusia, abu batu bara yang mengandung SO2, NO2, PM 2.5 masuk ke dalam tubuh ke jaringan darah dan merusak jaringan otak bahkan mengakibatkan kematian dini.
Karena itu menurut Bondan, program sekolah energi bersih yang digagas Kanopi Hijau Indonesia dan SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu sangat positif untuk menjadi langkah nyata untuk mewujudkan lingkungan yang baik dan séhat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020