"Pemasangan model energi bersih menjadi antitesis atas dominasi energi kotor batu bara yang terus dibangun padahal efek negatifnya sudah menyengsarakan masyarakat," kata Direktur Program dan Kampanye Kanopi Hijau Indonesia Olan Sahaya di Bengkulu, Kamis.
Dia mengatakan pembangunan tersebut menjadi upaya Sekolah Energi Bersih (SEB) Kanopi Hijau Indonesia dengan menitikberatkan pada dukungan publik dalam mewujudkan kesadaran mendukung transisi energi.
Menurut Olan dana publik yang terkumpul sebesar Rp125 juta dari ratusan donatur yang dikumpulkan selama dua tahun.
"Acara peletakan batu pertama pembangunan energi bersih berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di sekolah ini diselingi dengan dialog bertema 'Jalan Terang dengan Energi Bersih'," kata dia lagi.
Warga yang bermukim di sekitar PLTU batu bara Teluk Sepang Kota Bengkulu Sepriyani hadir sebagai salah satu pembicara dialog bertema "Jalan Terang dengan Energi Bersih" dan menceritakan dampak proyek PLTU bagi kehidupan warga.
‘"Setiap hari kami terpaksa menghirup udara kotor. Ada yang menderita sakit kulit dan pernafasan karena dampak PLTU ini," kata dia.
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan penelitian Kanopi Hijau Indonesia bersama sejumlah akademisi bahwa 53 orang warga Teluk Sepang menderita gangguan pernafasan terdiri dari 29 perempuan dan 24 laki-laki.
Kemudian, Kanopi juga menemukan pula 27 orang warga Teluk Sepang menderita sakit kulit menahun yang diakibatkan tercemarnya air yang digunakan warga.
Atas dasar dampak negatif tersebut, Kanopi Hijau Indonesia menginisiasi program Sekolah Energi Bersih dengan bekerja sama dengan sejumlah lembaga pendidikan untuk bersama-sama mendorong transisi energi bersih yang adil dan berkelanjutan di Bengkulu.