Pakar pengasuhan Irwan Rinaldi mengatakan ayah memiliki peran sangat besar dalam pengasuhan anak, terutama pada usia tujuh tahun hingga 14 tahun dan delapan tahun hingga 15 tahun.
"Untuk menghadirkan pengasuhan yang ideal, diperlukan peran utama ayah dan ibu yang memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak secara menyeluruh," kata Irwan melalui siaran pers dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diterima di Jakarta, Kamis.
Irwan mengatakan anak yang tidak mendapatkan peran ayah dalam pengasuhannya akan mengalami ketimpangan antara pertumbuhan dan perkembangannya. Hal itu akan berdampak pada kemunduran usia perkembangan anak daripada pertumbuhan karena kurang stimulan dari kedua orang tua.
Menurut Irwan, Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan kekurangan peran ayah yang disebut fatherless atau father hunger dalam pengasuhan anak, yaitu tidak ada peran ayah yang hanya hadir secara fisik tetapi tidak terlibat dalam perkembangan anak.
"Ciri-ciri fatherless atau father hunger adalah ketika usia biologis anak, khususnya anak laki-laki, lebih maju daripada usia psikologisnya. Hal itu sering kali menjadi penyebab utama perceraian ketika anak sudah dewasa dan menikah," tuturnya.
Irwan menyebutkan 80 persen perempuan meminta bercerai karena suaminya lebih mengalami kemajuan usia biologis dibandingkan kematangan psikologis.
"Father hunger juga menyebabkan anak mudah mengalami depresi, menjadi antisosial, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan, terjerumus narkoba, perilaku seks bebas dan perilaku seksual sesama jenis," katanya.
Hal tersebut terjadi karena anak kehilangan sosok ayah. Terdapat kekosongan peran ayah dalam pengasuhan, terutama saat anak berada dalam periode emas, yaitu usia tujuh tahun hingga 14 tahun dan delapan tahun hingga 15 tahun.
Irwan mengatakan meskipun anak memiliki ayah, mereka bisa saja tidak mendapatkan pendampingan dan pengajaran dari sosok ayah.
"Father hunger dapat menjadi penjara baru bagi anak di rumah. Karena itu, penting untuk memperkuat peran ayah dalam pengasuhan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Untuk menghadirkan pengasuhan yang ideal, diperlukan peran utama ayah dan ibu yang memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak secara menyeluruh," kata Irwan melalui siaran pers dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diterima di Jakarta, Kamis.
Irwan mengatakan anak yang tidak mendapatkan peran ayah dalam pengasuhannya akan mengalami ketimpangan antara pertumbuhan dan perkembangannya. Hal itu akan berdampak pada kemunduran usia perkembangan anak daripada pertumbuhan karena kurang stimulan dari kedua orang tua.
Menurut Irwan, Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan kekurangan peran ayah yang disebut fatherless atau father hunger dalam pengasuhan anak, yaitu tidak ada peran ayah yang hanya hadir secara fisik tetapi tidak terlibat dalam perkembangan anak.
"Ciri-ciri fatherless atau father hunger adalah ketika usia biologis anak, khususnya anak laki-laki, lebih maju daripada usia psikologisnya. Hal itu sering kali menjadi penyebab utama perceraian ketika anak sudah dewasa dan menikah," tuturnya.
Irwan menyebutkan 80 persen perempuan meminta bercerai karena suaminya lebih mengalami kemajuan usia biologis dibandingkan kematangan psikologis.
"Father hunger juga menyebabkan anak mudah mengalami depresi, menjadi antisosial, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan, terjerumus narkoba, perilaku seks bebas dan perilaku seksual sesama jenis," katanya.
Hal tersebut terjadi karena anak kehilangan sosok ayah. Terdapat kekosongan peran ayah dalam pengasuhan, terutama saat anak berada dalam periode emas, yaitu usia tujuh tahun hingga 14 tahun dan delapan tahun hingga 15 tahun.
Irwan mengatakan meskipun anak memiliki ayah, mereka bisa saja tidak mendapatkan pendampingan dan pengajaran dari sosok ayah.
"Father hunger dapat menjadi penjara baru bagi anak di rumah. Karena itu, penting untuk memperkuat peran ayah dalam pengasuhan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020