Musi Rawas (Antara Bengkulu) - Bendungan Air Satan, di Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, beberapa tahun belakangan mulai dangkal sehingga tidak bisa mengairi 1.700 hektare sawah di daerah itu.
"Sejak beberapa tahun belakangan ini air Bendungan Satan sangat dangkal dan memprihatinkan, pada hal bendungan ini berfungsi menampung air dari tiga aliran sungai yakni Sungai Satan, Sungai Beruja, dan Sungai Gambir serta pembuangan akhir aliran irigasi yang ada di hulu bendungan dan digunakan untuk mengaliri 1.700 hektare sawah," kata ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Musi Rawas, Ghufron, Minggu.
Bendungan Satan tersebut kata dia, selama ini menjadi sumber pengairan 1.700 hektare sawah yang tersebar di empat desa dalam Kecamatan Muara Beliti antara lain Desa Air Satan, Desa Air Lesing, Desa Satan Indah Jaya, dan desa Tri Bina Bali Suro. Pada saat musim penghujan saat ini aliran air daari bendungan itu tidak begitu terasa maanfaatnya, namun sebaliknya saat musim kemarau air dari bendungan ini menjadi satu-satunya sumber air untuk pertanian.
Kondisi bendungan itu saat ini tambah dia, sangat memprihatinkan karena sudah dangkal akibatnya banyaknya lumpur yang mengendap dan dipenuhi tumbuhan eceng gondok dan kangkung. Kondisi Bendungan Satan itu akibat tidaknya ada pemeliharaan berupa pengerukan maupun perbaikan dari Pemkab Musi Rawas, Pemprov Sumsel maupun dari pemerintah pusat.
Bendungan yang dibangun 1973 ini kata dia, pada 2003 lalu selain dijadikan sumber air petani juga dimanfaatkan untuk usaha kolam keramba terapung, namun setahun yang lalu Bendungan Satan malah ditanami warga dengan tanaman palawija karena air dibendungannya cuma ada sedikit. Penanaman palawija ditengah bendungan itu dilakukan warga sebagai bentuk kekesalan karena tidak adanya perhatian dari pemerintah.
Untuk itu dia berharap Pemkab Musi Rawas maupun Pemprov Sumsel, agar secepatnya melakukan pengerukan dan perawatan Bendungan Satan, mengingat pembangunannya menelan biaya cukup besar dengan tujuan untuk menunjang pertanian masyarakat sehingga dapat mendukung program swasembada beras nasional. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Sejak beberapa tahun belakangan ini air Bendungan Satan sangat dangkal dan memprihatinkan, pada hal bendungan ini berfungsi menampung air dari tiga aliran sungai yakni Sungai Satan, Sungai Beruja, dan Sungai Gambir serta pembuangan akhir aliran irigasi yang ada di hulu bendungan dan digunakan untuk mengaliri 1.700 hektare sawah," kata ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Musi Rawas, Ghufron, Minggu.
Bendungan Satan tersebut kata dia, selama ini menjadi sumber pengairan 1.700 hektare sawah yang tersebar di empat desa dalam Kecamatan Muara Beliti antara lain Desa Air Satan, Desa Air Lesing, Desa Satan Indah Jaya, dan desa Tri Bina Bali Suro. Pada saat musim penghujan saat ini aliran air daari bendungan itu tidak begitu terasa maanfaatnya, namun sebaliknya saat musim kemarau air dari bendungan ini menjadi satu-satunya sumber air untuk pertanian.
Kondisi bendungan itu saat ini tambah dia, sangat memprihatinkan karena sudah dangkal akibatnya banyaknya lumpur yang mengendap dan dipenuhi tumbuhan eceng gondok dan kangkung. Kondisi Bendungan Satan itu akibat tidaknya ada pemeliharaan berupa pengerukan maupun perbaikan dari Pemkab Musi Rawas, Pemprov Sumsel maupun dari pemerintah pusat.
Bendungan yang dibangun 1973 ini kata dia, pada 2003 lalu selain dijadikan sumber air petani juga dimanfaatkan untuk usaha kolam keramba terapung, namun setahun yang lalu Bendungan Satan malah ditanami warga dengan tanaman palawija karena air dibendungannya cuma ada sedikit. Penanaman palawija ditengah bendungan itu dilakukan warga sebagai bentuk kekesalan karena tidak adanya perhatian dari pemerintah.
Untuk itu dia berharap Pemkab Musi Rawas maupun Pemprov Sumsel, agar secepatnya melakukan pengerukan dan perawatan Bendungan Satan, mengingat pembangunannya menelan biaya cukup besar dengan tujuan untuk menunjang pertanian masyarakat sehingga dapat mendukung program swasembada beras nasional. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013