Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menyarankan pembangunan irigasi berupa pipanisasi untuk menyalurkan air dari sungai guna mengairi sekitar 260 hektare sawah tadah hujan di Kecamatan Ipuh.
"Pembangunan irigasi untuk sawah tadah hujan hingga saat ini menjadi pekerjaan rumah. Kami menyarankan pembangunan irigasi berupa pipanisasi untuk memanfaatkan gravitasi air dari Sungai Muar ke areal sawah tadah hujan," kata Apriansyah dari Dinas PUPR Kabupaten Mukomuko di Mukomuko, Kamis.
Terdapat 260 hektare sawah tadah hujan di Desa Pasar Ipuh, Kecamatan Ipuh, yang dimiliki oleh 15 kelompok tani dari lima desa di wilayah tersebut. Desa-desa tersebut adalah Desa Tanjung Harapan, Desa Pasar Ipuh, Desa Pasar Baru, Desa Medan Jaya, dan Desa Pulai Payung.
Apriansyah menjelaskan bahwa meskipun sawah tadah hujan di wilayah tersebut sudah memiliki saluran irigasi, saluran tersebut tidak terawat karena air tidak mengalir ke lahan persawahan.
"Kami menyarankan untuk memanfaatkan air dari Sungai Muar dan mengalirkannya ke sawah, mengingat lahan ini terkendala dengan sumber air," ujarnya.
Setelah sumber air tersedia, menurutnya, saluran irigasi dapat dipenuhi, dan metode pipanisasi menggunakan gravitasi air dari Sungai Muar dianggap sangat efektif untuk mengairi sawah ini.
Menurut Apriansyah, jika masih menggunakan sistem pompanisasi, petani tidak akan mampu menanggung biaya operasionalnya karena terlalu tinggi.
Ia menjelaskan sistem pompanisasi memerlukan pipa, perbaikan mesin, biaya pembelian bahan bakar minyak (BBM), dan mesin yang rawan hilang, sehingga metode ini tidak efektif.
Apriansyah juga menambahkan bahwa sebenarnya ada program di Kementerian Pertanian untuk mengatasi masalah irigasi dengan pompanisasi, sehingga sawah tadah hujan dapat teraliri dengan baik.
Terkait dengan program tersebut, ia menyarankan agar Dinas Pertanian setempat dapat mengajukan usulan program ini.
"Pembangunan irigasi untuk sawah tadah hujan hingga saat ini menjadi pekerjaan rumah. Kami menyarankan pembangunan irigasi berupa pipanisasi untuk memanfaatkan gravitasi air dari Sungai Muar ke areal sawah tadah hujan," kata Apriansyah dari Dinas PUPR Kabupaten Mukomuko di Mukomuko, Kamis.
Terdapat 260 hektare sawah tadah hujan di Desa Pasar Ipuh, Kecamatan Ipuh, yang dimiliki oleh 15 kelompok tani dari lima desa di wilayah tersebut. Desa-desa tersebut adalah Desa Tanjung Harapan, Desa Pasar Ipuh, Desa Pasar Baru, Desa Medan Jaya, dan Desa Pulai Payung.
Apriansyah menjelaskan bahwa meskipun sawah tadah hujan di wilayah tersebut sudah memiliki saluran irigasi, saluran tersebut tidak terawat karena air tidak mengalir ke lahan persawahan.
"Kami menyarankan untuk memanfaatkan air dari Sungai Muar dan mengalirkannya ke sawah, mengingat lahan ini terkendala dengan sumber air," ujarnya.
Setelah sumber air tersedia, menurutnya, saluran irigasi dapat dipenuhi, dan metode pipanisasi menggunakan gravitasi air dari Sungai Muar dianggap sangat efektif untuk mengairi sawah ini.
Menurut Apriansyah, jika masih menggunakan sistem pompanisasi, petani tidak akan mampu menanggung biaya operasionalnya karena terlalu tinggi.
Ia menjelaskan sistem pompanisasi memerlukan pipa, perbaikan mesin, biaya pembelian bahan bakar minyak (BBM), dan mesin yang rawan hilang, sehingga metode ini tidak efektif.
Apriansyah juga menambahkan bahwa sebenarnya ada program di Kementerian Pertanian untuk mengatasi masalah irigasi dengan pompanisasi, sehingga sawah tadah hujan dapat teraliri dengan baik.
Terkait dengan program tersebut, ia menyarankan agar Dinas Pertanian setempat dapat mengajukan usulan program ini.