Jakarta (Antara) - Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan serendah yang diproyeksikan Dana Moneter Internasional (IMF), karena basis pertumbuhan saat ini lebih kuat dibandingkan 2008.
"Kalau keseluruhan tahun (proyeksi IMF) 5,25 persen, berarti semester kedua pertumbuhan 4,5 persen, itu mirip kondisi 2008. Tapi pada 2008, basis pertumbuhan konsumsi kita belum sekuat sekarang dan investasi belum setinggi sekarang," katanya di Jakarta, Kamis malam.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,25 persen pada 2013, atau turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,3 persen, seiring dengan penurunan ekspor dan lemahnya kepercayaan investor.
Bambang optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai kisaran 5,8 persen - 6,0 persen pada tahun ini, karena basis pertumbuhan konsumsi dan investasi lebih baik dibandingkan lima tahun lalu, ketika terjadi krisis 2008.
"Kita ada tantangan untuk mengupayakan 5,9 persen. Angka 4,5 persen di semester kedua seperti 2008, dengan asumsi pertumbuhan konsumsi turun, padahal sekarang konsumsi basisnya lebih kuat," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada semester I-2013 sebesar 5,92 persen, kondisi tersebut membuat pemerintah menurunkan proyeksi pertumbuhan hingga akhir tahun menjadi 5,9 persen atau lebih rendah dari asumsi dalam APBN-Perubahan 6,3 persen.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan angka pertumbuhan ekonomi 5,9 persen masih dapat tercapai, dengan melakukan berbagai upaya stabilisasi seperti menekan defisit transaksi berjalan, untuk meredam gejolak yang saat ini sedang terjadi.
"Saya masih optimistis kita akan tumbuh 5,9 persen dan kita harus berusaha keras, dengan melakukan stabilitas baik rupiah maupun neraca transaksi berjalan," katanya.
Hatta menambahkan situasi perekonomian global berubah sangat cepat, dan penyesuaian proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 6,3 persen menjadi 5,9 persen menjadi hal yang harus dilakukan dalam menghadapi kondisi terkini.
"Situasi berubah begitu cepat dan kita jangan tidak berani untuk mengatakan ada tekanan eksternal, selain itu ada faktor internal yang juga harus kita perbaiki. Yang penting kita jaga industri agar jangan ada PHK," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan akan melambat, sebagai efek dari kebijakan pemerintah untuk menstabilkan neraca transaksi berjalan yang masih mengalami defisit.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Kalau keseluruhan tahun (proyeksi IMF) 5,25 persen, berarti semester kedua pertumbuhan 4,5 persen, itu mirip kondisi 2008. Tapi pada 2008, basis pertumbuhan konsumsi kita belum sekuat sekarang dan investasi belum setinggi sekarang," katanya di Jakarta, Kamis malam.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,25 persen pada 2013, atau turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,3 persen, seiring dengan penurunan ekspor dan lemahnya kepercayaan investor.
Bambang optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai kisaran 5,8 persen - 6,0 persen pada tahun ini, karena basis pertumbuhan konsumsi dan investasi lebih baik dibandingkan lima tahun lalu, ketika terjadi krisis 2008.
"Kita ada tantangan untuk mengupayakan 5,9 persen. Angka 4,5 persen di semester kedua seperti 2008, dengan asumsi pertumbuhan konsumsi turun, padahal sekarang konsumsi basisnya lebih kuat," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada semester I-2013 sebesar 5,92 persen, kondisi tersebut membuat pemerintah menurunkan proyeksi pertumbuhan hingga akhir tahun menjadi 5,9 persen atau lebih rendah dari asumsi dalam APBN-Perubahan 6,3 persen.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan angka pertumbuhan ekonomi 5,9 persen masih dapat tercapai, dengan melakukan berbagai upaya stabilisasi seperti menekan defisit transaksi berjalan, untuk meredam gejolak yang saat ini sedang terjadi.
"Saya masih optimistis kita akan tumbuh 5,9 persen dan kita harus berusaha keras, dengan melakukan stabilitas baik rupiah maupun neraca transaksi berjalan," katanya.
Hatta menambahkan situasi perekonomian global berubah sangat cepat, dan penyesuaian proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 6,3 persen menjadi 5,9 persen menjadi hal yang harus dilakukan dalam menghadapi kondisi terkini.
"Situasi berubah begitu cepat dan kita jangan tidak berani untuk mengatakan ada tekanan eksternal, selain itu ada faktor internal yang juga harus kita perbaiki. Yang penting kita jaga industri agar jangan ada PHK," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan akan melambat, sebagai efek dari kebijakan pemerintah untuk menstabilkan neraca transaksi berjalan yang masih mengalami defisit.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013