Bengkulu (Antara) - Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bengkulu Daisy Novira mengatakan bahwa sebanyak 40 orang pasien cuci darah di rumah sakit itu dibiayai dengan menggunakan jaminan kesehatan provinsi (jamkesprov) tahun anggaran 2013.

"Sampai akhir tahun ini, biaya cuci darah 40 orang pasien ditanggulangi dari Jamkesprov," kata Daisy Novira di Bengkulu, Rabu.

Ia mengatakan hal itu terkait kekhawatiran sejumlah pasien cuci darah tentang penghentian dana Jamkesprov.

Menurut Novira, dalam APBD perubahan 2013 telah disepakati alokasi tambahan dana Jamkesprov sebesar Rp19 miliar.

Sedangkan dalam APBD murni, Jamkesprov dialokasikan sebesar Rp6 miliar yang penggunaannya hingga April 2013 sudah terpakai 100 persen.

"Dana Rp6 miliar sudah habis terpakai pada April 2013, jadi kami mengusulkan tambahan sebesar Rp10 miliar," katanya.

Sementara dari Anggaran Biaya Tambahan (ABT) APBD perubahan 2013 ditambah lagi sebesar Rp10 miliar.

Sehingga total dana Jamkesprov mencapai Rp25 miliar yang dimanfaatkan oleh warga yang tidak mendapat fasilitas jamkesmas dan jamkesda kabupaten/kota serta askes.

"Dana itu termasuk untuk biaya cuci darah yang mencapai Rp900 ribu untuk setiap kali cuci darah," katanya.

Sebelumnya, sejumlah pasien yang rutin cuci darah mengkhawatirkan penghentian dana jamkesprov mulai 1 September 2013.

"Petugas rumah sakit mengatakan dana cuci darah sepenuhnya dibayar pasien karena dana Jamkesprov sudah habis," kata salah seorang pasien cuci darah, RS, di RSUD M Yunus.

Ia mengatakan bahwa selama ini dana cuci darah yang ditanggulangi Jamkesprov cukup meringankan beban pasien.

Sebab, setiap kali cuci darah, ia harus mengeluarkan dana Rp900 ribu, sehingga per bulan mencapai Rp8 juta.

Selain itu pasien juga mengeluhkan mahalnya dana cuci darah di RSUD Bengkulu yang mencapai Rp900 ribu, sementara di Bandarlampung sebesar Rp550 ribu dan di Medan, Sumatra Utara, Rp525 ribu.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013