Dampak cuaca saat ini yang hampir tiap sore hujan dan angin yang cukup kencang menghambat para nelayan Bengkulu untuk melaut karena resikonya fatal.
 
Selain faktor cuaca ada juga faktor lain yang membuat nelayan tidak pergi melaut, yaitu penggunaan trawl atau pukat harimau. 
 
Hal tersebut sangat berpengaruh pada pendapatan ikan bagi nelayan tradisional di Malabero, Kota Bengkulu.
 
Salah satu nelayan, Anis Jo mengatakan bahwa penggunaan trawl di Bengkulu sangat merugikan para nelayan tradisional.
 
‘’Kalau cuaca itu kita tidak bisa hindari dan sulit ditebak, karena itu adalah kuasa Tuhan tapi kondisi saat ini harapan kami kepada pemerintah agar trawl di Pulau Baai itu dihabiskan atau dimusnahkan," kata Anis, Kamis.
 
Ia menambahkan bahw hampir setahun ini para nelayan sudah memasuki musim paceklik, pendapatan ikan sangat menurun drastis.
 
"Kami sudah kelaparan semua, mau ngopi aja susah tapi yang paling parah itu sesudah Hari Raya Idul Fitri sampai saat ini’’ katanya.
 
Saat dikonfirmasi upaya apa yang dilakukan untuk menghadapi masa sulit ini, Anis menjelaskan bahwa para nelayan mengerjakan apa yang bisa dikerjakan, salah satu contohnya kerja bangunan. 

Ibnu salah satu nelayan yang beralih kerja di bangunan mengatakan sebenarnya kerja bangunan bukan kemampuannya tapi karena tidak ada pilihan ia pun terpaksa jadi kuli bangunan.

"Saat ini, apapun dikerjakan asalkan anak dan istri bisa makan," katanya.

Pewarta: Chairil Ansyorie

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021