Bincang perempuan Bengkulu menyebutkan jurnalis perempuan di Provinsi Bengkulu  rentan mendapat pelecehan secara verbal maupun nonverbal (sentuhan fisik) saat menjalankan tugas.

Founder bincang perempuan, Betty Herlina mengatakan dari 29 jurnalis perempuan di Bengkulu sekitar 51,72 persen atau sekitar 15 jurnalis menyatakan pernah mendapatkan pelecehan secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik) saat menjalankan tugas.

"Dari survei ini diketahui bahwa jurnalis perempuan merupakan kelompok yang paling rentan mendapatkan pelecehan secara verbal maupun nonverbal (sentuhan fisik) saat bertugas," kata Betty di Bengkulu, Sabtu.
 
Ia menambahkan ada sekitar 19 jurnalis perempuan atau 65,51 persen pernah merasa terancam atau diancam atas pemberitaan yang dibuat selama menjalankan tugas jurnalistik.
 
Hal tersebut menunjukkan  jurnalis perempuan selain tidak aman tapi juga menjadi kelompok yang paling rentan mendapatkan pelecehan seksual.
 
Selain itu, perlindungan keselamatan bagi jurnalis perempuan di Bengkulu bervariasi tergantung kebijakan newsroom masing-masing.
 
Betty mengatakan pertambahan media tidak berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah jurnalis perempuan sebab dilihat dari media yang hanya menyisakan satu jurnalis perempuan di antara 12 jurnalis laki-laki.
 
Bahkan ada yang sama sekali tidak ada jurnalis perempuan sehingga mengakibatkan adanya diskriminasi dalam proses perekrutan.

"Meskipun dipotret sejajar, namun jurnalis perempuan menjadi kelompok marginal. Baik dari segi jumlah, kompetensi, jabatan termasuk rentan dalam keamanan. Jurnalis perempuan kerap dianggap tidak produktif ketika menghadapi masa menstruasi dan kehamilan," terangnya.
 
Direktur Yayasan PUPA Bengkulu, Susi Handayani mengatakan bahwa tidak ada toleransi apapun bagi kekerasan terhadap perempuan.
 
Sebab berdasarkan hasil survei tersebut diketahui jika jurnalis perempuan Bengkulu rentan mendapat pelecehan seksual.
 
"Kita harapkan kekerasan terhadap perempuan baik dalam bentuk verbal maupun non verbal itu nol persen namun jika sudah 65 persen artinya sudah sangat darurat," ujarnya.
 
Untuk diketahui, bincang perempuan adalah media non profit yang menawarkan ide-ide segar dengan isu perempuan dalam berbagai perspektif di Provinsi Bengkulu. 
 

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021