Malang (Antara) - Para peternak sapi perah di wilayah terdampak erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengalami kerugian cukup besar, yakni mencapai Rp436 juta per hari akibat menurunnya produksi susu di daerah itu.

Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Timur Sulistiyanto di Malang, Senin, mengatakan menurunnya produksi susu tersebut disebabkan beberapa hal, di antaranya karena sapi mengalami stres dan berkurangnya nutrisi sapi akibat tidak adanya pasokan pakan yang layak, terutama rumput.

"Penurunan kapasitas produksi tersebut hanya terjadi di wilayah Kecamatan Ngantang dan Kasembon saja, sedangkan di Kecamatan Pujon masih tetap berproduksi, meski turun cukup drastis," ujarnya.

Ia menyebutkan secara keseluruhan produksi susu di wilayah Kabupaten bagian barat itu menurun hingga 50 persen. Di Pujon misalnya, dari rata-rata produksi pada hari normal sebesar 90 ton per hari, turun menjadi 45 ton per hari.

Di Ngantang, dari produksi rata-rata sebanyak 80 ton per hari menjadi 40 ton per hari, di Kasembon dari produksi sekitar 10 ton per hari menjadi 6 ton per hari, sedangkan di Batu masih tetap stabil, yakni rata-rata mencapai 25 ton per hari.

Meski dirinya sudah tahu secara rinci berapa penurunan produksi susu di Kecamatan Ngantang, Kasembon, dan Pujon, Sulistiyanto masih belum tahu secara pasti berapa jumlah sapi yang mati akibat guyuran abu vulkanik Gunung Kelud tersebut karena belum ada laporan dari tim.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Sudjono mengatakan wilayah Kabupaten Malang yang terdampak erupsi Gunung Kelud dan mengganggu produksi susu ada tiga wilayah, sedangkan sentra produksi susu lainnya masih berjalan normal.

Bahkan, katanya, di Pujon, peternak masih tetap bisa berproduksi karena pasokan listrik untuk mengaliri energi tempat pendingin masih tetap beroperasi.

"Yang menjadi pemikiran kami justru pasokan pakan hijauan bagi ternak karena rerumputan di wilayah itu hampir seluruhnya mati akibat guyuran abu vulkanik," ujarnya.

Selain terjadi penurunan jumlah produksi, kata Sudjono, kualitas susu yang dihasilkan pun pasti juga menurun akibat pakan ternaknya juga kurang memadai.

Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi perah tersebut, Pemkab Malang yang dibantu PT Nestle telah mendatangkan konsentrat (pakan ternak) sebanyak 80 ton dan telah dibagikan pada peternak di wilayah Ngantang, Pujon, dan Kasembon.

Bahkan, katanya, untuk memudahkan pengawasan dan penanganan terhadap ternak, Pemkab Malang juga telah membuka posko khusus ternak di Kecamatan Ngantang dan melakukan patroli pada malam hari.

"Ternak sapi perah yang jumlahnya mencapai ribuan ekor itu tidak mungkin dievakuasi karena tidak ada lahan yang representatif untuk ternak-ternak tersebut. Satu-satunya cara yang bisa kami lakukan ya membuka posko khusus ternak dan mendistribusikan pakan," ujar Bupati Malang Rendra Kresna belum lama ini. (Antara)

Pewarta: Oleh Endang Sukarelawati

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014