Solo (Antara)- Ilmu onomastika (onomastics) di Indonesia saat ini belum berkembang dibandingkan dengan bidang-bidang dalam ilmu bahasa yang lain.

"Bahkan muncul anggapan  bahwa onomastika adalah bidang ilmu yang sempit, kering dan kurang diminati," kata Guru Besar Bidang Ilmu Etnolinguistik Bidang Onomastika Pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret (UNS), Sahid Teguh Widodo di Solo Senin.

Onomastika yang  sering juga disebut onomalogi, adalah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang nama-nama diri.

Ia mengatakan, akibatnya penelitian tentang nama  terjerumus ke dalam medan yang tidak memberi pilihan terhadap sudut pandang yang lain.

Menurut dia kajian nama diri seharusnya dilakukan dengan perspektif yang lebih luas. Selain aspek  kebahasan, konteks nama turut juga menentukan bentuk, struktur dan makna nama.

Dikatakan, nama  diri dalam tradisi budaya Jawa berkaitan dengan aspek-aspek yang lain yaitu waktu, tempat, suasana tau peristiwa, tujuan,  harapan, doa, status sosial, sejarah dan tradisi lain yang khas.

"Nama merupakan  produk masyarakat yang mampu menjelaskan berbagai hal tentang masyarakat itu. Inilah tekanan penting dari kajian nama diri yang tidak hanya menyentuh ide-ide yang abstrak, namun juga bersinggungan dengan makna kontekstual berdasarkan simbol-simbol yang diyakini mampu menjelaskan ide-ide tersebut," katanya.

Nama seseorang merupakan identitas diri yang mempunyai pengaruh dalam kehidupannya. Penyandang nama-nama yang digemari secara sosial akan menjadi lebih popular dan lebih mudah menyesusiakan diri. Bahkan muncul kepercayaan, nama berkaitan dengan panjang atau pendek umur seseorang. (Antara)

Pewarta: Oleh Joko Widodo

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014