Pekanbaru (Antara) - Forum Balai Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit (FBP-PKS) Riau mencatat potensi kerugian yang akan dialami pekebun kelapa sawit petani PIR Riau sebesar Rp372 miliar  atau Rp5.037.771/hektare per tahun.

"Perhitungan kerugian detil akan dapat dihitung proporsional dari bulan kering yang akan dihadapi terhadap distribusi penyebaran produksi (VYC) per tahun," kata Peneliti dari FBP-PKS Riau, Dr Ir Hinsatopa Simatupang, MM di Pekanbaru, Jumat.

Menurut dia, yang juga dari Balai Penelitian PTPN-V, dengan "First Resources" PT Sinar Mas, PT Astra, PT Minamas, dan PT Indofood itu,  terjadinya penurunan produksi baru akan di mulai sekitar awal Juli 2014.

Ia menyebutkan kerugian sebesar Rp372 miliar itu berdasarkan kajian lebih khusus akibat kabut asap dan kekeringan terhadap perkebunan kelapa sawit pada areal seluas 2.372.401 Hektare.

"Areal lahan sawit seluar itu  terdiri atas Perkebunan Besar Swasta Nasinal (PBSN) 977.625 Ha (41,2 persen), Perkebunan Besar Negara (PBN) 79.546 Hektare (3,4 persen) dan kebun rakyat luas 1.315.230 ha (55 persen), termasuk didalam perkebunan PIR yang tergabung dalam Asosisasi Petani PIR Riau, selua 134.000 Ha dengan jumlah anggota 74.000 KK," katanya.

Dampak kabut asap itu, katanya merinci, berakibat terjadinya penurunan produksi yang pada akhirnya berkurangnya kiriman dana segar ke desa (sentra produksi), otomatis akan dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan sosial ekonomi di pedesaan.

"Kekeringan pada kelapa sawit akan dapat mengakibatkan turunnya produksi sampai dengan 15 persen," kata dia yang juga anggota GAPKI Riau.

Ia menjelaskan, dampak dari  kabut asap secara teknis budidaya tanaman kelapa sawit akan mengalami berbagai hambatan diantaranya matinya serangga penyerbuk (elaidobius kameronikus) sehingga mengganggu proses penyerbukan dan berpotensi turunnya produksi sampai tiga persen.

Kabut asap, juga menghambat sinar matahari pada proses fotosintesis tanaman sawit sehingga akan menimbulkan "ayunan" produksi, yakni pematangan buah lebih lama, juga penundaan kematangan tandan buah sawit dan berkuranganya bobot berat janjang buah sawit.

"Dengan asumsi produksi CPO kelapa sawit Riau sejumlah 7,26 juta ton pada tahun 2014, dengan harga CPO Rp10.000/kg, maka  akan bernilai Rp72,6 triliun," katanya dan menambahkan dengan potensi penurunan produksi 10 persen maka nilai kerugian akan mencapai Rp7,2 triliun pada tahun 2013.

Hinsatopa mengatakan, khusus untuk akibat tidak adanya cahaya matahari yang maksimal karena terhambat kabut asap tahun 2014, maka serangga penyerbuk (elaidobius kameranicus) akan mati, sehingga mengakibatkan penurunan produksi sampai tiga persen dan berpotensi mengakibatkan kerugian finansial Rp2,17 triliun. (Antara)

Pewarta: Oleh Frislidia

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014