Sanur, Bali (Antara) - Indonesia ternyata belum menjadi destinasi wisata SPA dan kesehatan di kawasan Asia Pasifik walau pun menurut Executive Summary Global Spa & Wellness 2014, walaupun periode 2012-2017, kawasan Asia Pasifik diproyeksikan menjadi salah satu destinasi wisata kesehatan terbesar di dunia setelah Amerika dan Eropa.
"Dengan total perjalanan mencapai 120 juta wisatawan serta pembelanjaan hingga 69.4 Triliun dolar AS. Menurut Executive Summary Global Spa & Wellness 2014, Sejumlah negara di Asia Tenggara diproyeksikan menjadi tujuan utama wisata kesehatan pada periode 2012-2017, yaitu Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam dan Singapura," kata Direktur Pengembangan wisata Minat Khusus dan MICE Akhyaruddin, di Sanur, Bali, Kamis.
Saat berbicara di Konferensi Nasional Tradisional SPA yang pertama kali di Indonesia, Akhyaruddin menyesalkan mengapa Indonesia tidak masuk menjadi destinasi wisata SPA dan kesehatan di kawasan Asia Pasifik, sementara Mooryati Soedibyo, selaku produsen jamu dan produk kesehatan serta SPA pernah menerima penghargaan dunia sebagai The Best SPA Destination dan Bali berkali-kali menerima penghargaan sebagai destinasi SPA terbaik dunia.
"Mengapa Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina bahkan Vietnam bisa masuk sebagai destinasi wisata kesehatan dan SPA di kawasan Asia Pasifik, sedangkan Indonesia belum menjadi destinasi wisata SPA dan kesehatan," tambah Akhyaruddin.
Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang memprakarsai konferensi ini bertujuan membangkitkan potensi industri wisata SPA Indonesia yang berorientasi pada pasar global, tambah dia.
Konferensi nasional tradisional SPA yang pertama kali diadakan ini berhasil mengundang 150 peserta dari DPP ASPI (Asosiasi Spa Indonesia), ASTI (Asosiasi SPA Terapis Indonesia), INDSPA (Indonesia Spa Professional Association), BSWA (Bali SPA & Wellness Association), pebisnis SPA dan hotel serta sembilan kepala dinas kabupaten.
Konferensi ini menghadirkan Mooryati Soedibyo, pendiri dan pemilik Mustika ratu dan franchise SPA Taman Sari Royal Heritage Spa and Java Princess yang sudah punya delapan cabang di mancanegara, Wulan Tilaar, anak dari DR Martha Tilaar, pendiri dan pemilik dari Sariayu, Direktur Bina Pelayanan Kesehatan DR HR Dedi Kuswenda, dan Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus dan MICE Akhayaruddin.
"Di masa yang akan datang, aktivitas Wisata Kesehatan dapat dikombinaksikan bersama wisata budaya, olahraga, kuliner, petualangan serta wisata religi. Salah satu contoh kombinasi tersebut adalah penyediaan fasilitas spa dan kuliner tradisional selama penyelenggaraan acara Asia Pasific Hash 2014," kata Akhyaruddin.
Menurut Akhyarudin, ada beberapa alasan mengapa Indonesia perlu mengembangkan industri SPA dan kesehatan. Pertama, Penderita obesitas di seluruh dunia meningkat 2 kali lipat sejak 1980. Kedua, 10 persen dari penduduk dewasa di seluruh dunia menderita diabetes. Ketiga, Lebih dari 50 persen bisnis berskala internasional, terbukti mengakibatkan peningkatan stress bagi pekerjanya. Keempat, tahun 2002 hingga 2020, pengeluaran masyarakat global terhadap fasilitas kesehatan meningkat hingga 10 miliar dolar AS.
Untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata SPA dan kesehatan dunia maka perlu pembentukan kelompok kerja pengembangan wisata kesehatan di lingkungan Kemenparekraf dan Kemenkes yang ditetapkan oleh SK masing-masing Sekjen kedua Kementerian, tegas dia, sebagai upaya melangkah konstruktif. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
"Dengan total perjalanan mencapai 120 juta wisatawan serta pembelanjaan hingga 69.4 Triliun dolar AS. Menurut Executive Summary Global Spa & Wellness 2014, Sejumlah negara di Asia Tenggara diproyeksikan menjadi tujuan utama wisata kesehatan pada periode 2012-2017, yaitu Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam dan Singapura," kata Direktur Pengembangan wisata Minat Khusus dan MICE Akhyaruddin, di Sanur, Bali, Kamis.
Saat berbicara di Konferensi Nasional Tradisional SPA yang pertama kali di Indonesia, Akhyaruddin menyesalkan mengapa Indonesia tidak masuk menjadi destinasi wisata SPA dan kesehatan di kawasan Asia Pasifik, sementara Mooryati Soedibyo, selaku produsen jamu dan produk kesehatan serta SPA pernah menerima penghargaan dunia sebagai The Best SPA Destination dan Bali berkali-kali menerima penghargaan sebagai destinasi SPA terbaik dunia.
"Mengapa Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina bahkan Vietnam bisa masuk sebagai destinasi wisata kesehatan dan SPA di kawasan Asia Pasifik, sedangkan Indonesia belum menjadi destinasi wisata SPA dan kesehatan," tambah Akhyaruddin.
Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang memprakarsai konferensi ini bertujuan membangkitkan potensi industri wisata SPA Indonesia yang berorientasi pada pasar global, tambah dia.
Konferensi nasional tradisional SPA yang pertama kali diadakan ini berhasil mengundang 150 peserta dari DPP ASPI (Asosiasi Spa Indonesia), ASTI (Asosiasi SPA Terapis Indonesia), INDSPA (Indonesia Spa Professional Association), BSWA (Bali SPA & Wellness Association), pebisnis SPA dan hotel serta sembilan kepala dinas kabupaten.
Konferensi ini menghadirkan Mooryati Soedibyo, pendiri dan pemilik Mustika ratu dan franchise SPA Taman Sari Royal Heritage Spa and Java Princess yang sudah punya delapan cabang di mancanegara, Wulan Tilaar, anak dari DR Martha Tilaar, pendiri dan pemilik dari Sariayu, Direktur Bina Pelayanan Kesehatan DR HR Dedi Kuswenda, dan Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus dan MICE Akhayaruddin.
"Di masa yang akan datang, aktivitas Wisata Kesehatan dapat dikombinaksikan bersama wisata budaya, olahraga, kuliner, petualangan serta wisata religi. Salah satu contoh kombinasi tersebut adalah penyediaan fasilitas spa dan kuliner tradisional selama penyelenggaraan acara Asia Pasific Hash 2014," kata Akhyaruddin.
Menurut Akhyarudin, ada beberapa alasan mengapa Indonesia perlu mengembangkan industri SPA dan kesehatan. Pertama, Penderita obesitas di seluruh dunia meningkat 2 kali lipat sejak 1980. Kedua, 10 persen dari penduduk dewasa di seluruh dunia menderita diabetes. Ketiga, Lebih dari 50 persen bisnis berskala internasional, terbukti mengakibatkan peningkatan stress bagi pekerjanya. Keempat, tahun 2002 hingga 2020, pengeluaran masyarakat global terhadap fasilitas kesehatan meningkat hingga 10 miliar dolar AS.
Untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata SPA dan kesehatan dunia maka perlu pembentukan kelompok kerja pengembangan wisata kesehatan di lingkungan Kemenparekraf dan Kemenkes yang ditetapkan oleh SK masing-masing Sekjen kedua Kementerian, tegas dia, sebagai upaya melangkah konstruktif. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014