Kondisi masalah kulit seperti jerawat dapat mempengaruhi kualitas hidup pada seseorang yang mengalaminya, mulai dari timbul rasa malu, tidak percaya diri, hingga depresi, demikian Dermato Venereologist dr. Fitria Agustina, SpKK, FINSDV, FAADV.
“Sebetulnya banyak sekali penelitiannya yang sudah terpublikasi, terutama lebih ke arah jerawat pada remaja. Yang pertama biasanya mulai dari rasa malu. Kedua, setelah malu, dia mengurung diri tidak mau ketemu sama orang. Ketiga akhirnya mulai dari depresi ringan, depresi sedang, hingga depresi berat, sampai ada yang menyebabkan usaha untuk bunuh diri,” kata Fitria saat dijumpai wartawan, Rabu (13/7).
Penelitian yang dipublikasikan di Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology pada 2017 menunjukkan bahwa 96 persen responden yang memiliki permasalahan jerawat mengakui hal ini mempengaruhi kualitas hidup sehari-hari.
Selain itu, studi di jurnal Acta Dermato-Venereologica pada 2020 menyebutkan bahwa 53 persen responden pernah mengalami depresi dan 50 persen cenderung mengisolasi diri.
Bahkan berdasarkan pengalaman Fitria, ia pernah menangani pasien yang mengalami rasa panik luar biasa ketika bercermin dan mendapati satu jerawat mulai muncul.
Mengingat dampak psikososial tersebut, Fitria mengatakan saat menangani pasien pihaknya akan mengajukan sejumlah pertanyaan atau kuisioner yang sudah menjadi standar bagi dermatolog terkait penanganan masalah jerawat. Hasil akhir kuisioner tersebut akan berupa skor yang bisa mengindikasikan tingkat dampak psikososial terhadap pasien.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jerawat bisa pengaruhi kualitas hidup penderita
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
“Sebetulnya banyak sekali penelitiannya yang sudah terpublikasi, terutama lebih ke arah jerawat pada remaja. Yang pertama biasanya mulai dari rasa malu. Kedua, setelah malu, dia mengurung diri tidak mau ketemu sama orang. Ketiga akhirnya mulai dari depresi ringan, depresi sedang, hingga depresi berat, sampai ada yang menyebabkan usaha untuk bunuh diri,” kata Fitria saat dijumpai wartawan, Rabu (13/7).
Penelitian yang dipublikasikan di Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology pada 2017 menunjukkan bahwa 96 persen responden yang memiliki permasalahan jerawat mengakui hal ini mempengaruhi kualitas hidup sehari-hari.
Selain itu, studi di jurnal Acta Dermato-Venereologica pada 2020 menyebutkan bahwa 53 persen responden pernah mengalami depresi dan 50 persen cenderung mengisolasi diri.
Bahkan berdasarkan pengalaman Fitria, ia pernah menangani pasien yang mengalami rasa panik luar biasa ketika bercermin dan mendapati satu jerawat mulai muncul.
Mengingat dampak psikososial tersebut, Fitria mengatakan saat menangani pasien pihaknya akan mengajukan sejumlah pertanyaan atau kuisioner yang sudah menjadi standar bagi dermatolog terkait penanganan masalah jerawat. Hasil akhir kuisioner tersebut akan berupa skor yang bisa mengindikasikan tingkat dampak psikososial terhadap pasien.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jerawat bisa pengaruhi kualitas hidup penderita
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022