Dinas Kesehatan Kota Bengkulu mencatat selama 2022 hingga akhir September ada 110 kasus DBD sehingga mengingatkan warga untuk menjaga kebersihan lingkungannya dengan rutin bergotong royong serta menerapkan tiga M yakni menguras, mengubur, dan menutup tempat yang berpotensi dijadikan lokasi bertelurnya nyamuk.
 
"Selama 2022 ditemukan sebanyak 110 kasus DBD di Kota Bengkulu," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bengkulu Nelli Hartati, Sabtu.
 
Ia mengatakan bahwa tingginya kasus DBD di Kota Bengkulu disebabkan karena peralihan antara musim panas dengan musim penghujan atau pancaroba.
 
Pada musim tersebut, kata dia, menyebabkan nyamuk cepat berkembang biak sehingga populasinya bertambah dan membuat kasus DBD mengalami peningkatan.
 
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu selama 2022, kasus tertinggi ditemukan pada April dan September sekitar 30 kasus.
 
Pada bulan tersebut, Lanjut Nelli, wilayah di Kota Bengkulu terjadi hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan beberapa titik terjadi banjir.

Dia menyebutkan, pihaknya terus mengingatkan warga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola  3M.
 
"Apalagi kesadaran masyarakat yang melemah membuat nyamuk dengan bebas menularkan penyakit," ujarnya.
 
Selain itu, pihaknya tidak merekomendasi masyarakat menggunakan fogging karena memiliki efek samping yang yang ditimbulkan seperti untuk jangka pendek dapat terinfeksi saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
 
Kemudian pusing kepala, diare dan mata berkunang-kunang, sedangkan untuk dampak jangka panjang dapat menyebabkan kanker akibat racun dari cairan insektisida tersebut.
 
Berikut wilayah di Kota Bengkulu yang jumlah kasus DBD tinggi seperti di Kelurahan Beringin Raya dan Kelurahan Rawa Makmur, sebab wilayah tersebut masih banyak ditemukan rawa dan genangan air yang menjadi tempat nyamuk bertelur.
 
 
 

Pewarta: Wahid Insyahni/Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022