Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Para nelayan dikawasan pantai Bengkulu tetap melaut mencari ikan pasca gempa berkekuatan 5,8 SR di Aceh, Selasa (11/4).
Namun jarak wilayah tangkap hanya sekitar dua mil dari pantai atau sekitar Pulau Tikus, kata seorang nelayan Kelurahan Sumurmeleleh, Kecamatan Teluksegara Kota Bengkulu, Azwardi kepada reporter antarabengkulu.com,Kamis.
"Biasanya, kami mencari ikan dengan waktu tempuh mencapai tiga jam, namun karena baru saja terjadi gempa 8,5 Skala Richter di Aceh maka cukup melaut di sekitar Pulau Tikus saja," katanya.
Kesimpulan turun melaut itu, setelah habis peringatan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) batas waktu tsunami tiba di Bengkulu pukul 18.30 Wib, Selasa (11/4).
"Kami pasrah saja kepada Tuhan karena bila tidak melaut anak istri terancam tidak makan," tutur Azwardi.
Namun bagi warga lainnya tetap akan berjaga-jaga secara bergantian untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana gempa dan tsunami yang akan melanda daerah ini, ujar Ardi warga Lempuing.
Ia menjelaskan, bila benar-benar terjadi gempa bumi berkekuatan besar maka warga akan langsung mengamati air laut setelah gempa bumi berhenti.
"Bila benar-benar terjadi tsunami, biasanya akan terdengar suara gemuruh seperti mobil truk fuso dengan kecepatan tinggi dan diikuti air laut surut dalam waktu seketika, setelah gempa besar" katanya.
Sementara itu, pasca gempa besar di Aceh, kawasan wisata di Pantaipanjang Kota Bengkulu tetap dikunjungi warga meski tidak seramai pada malam biasanya.
Meskipun ada peringatan tsunami di wilayah pantai Bengkulu, namun ada pertunjukan musik di Sport Centre kawasan pantai panjang Kota Bengkulu, Selasa (11/4) malam.(mhe)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
Namun jarak wilayah tangkap hanya sekitar dua mil dari pantai atau sekitar Pulau Tikus, kata seorang nelayan Kelurahan Sumurmeleleh, Kecamatan Teluksegara Kota Bengkulu, Azwardi kepada reporter antarabengkulu.com,Kamis.
"Biasanya, kami mencari ikan dengan waktu tempuh mencapai tiga jam, namun karena baru saja terjadi gempa 8,5 Skala Richter di Aceh maka cukup melaut di sekitar Pulau Tikus saja," katanya.
Kesimpulan turun melaut itu, setelah habis peringatan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) batas waktu tsunami tiba di Bengkulu pukul 18.30 Wib, Selasa (11/4).
"Kami pasrah saja kepada Tuhan karena bila tidak melaut anak istri terancam tidak makan," tutur Azwardi.
Namun bagi warga lainnya tetap akan berjaga-jaga secara bergantian untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana gempa dan tsunami yang akan melanda daerah ini, ujar Ardi warga Lempuing.
Ia menjelaskan, bila benar-benar terjadi gempa bumi berkekuatan besar maka warga akan langsung mengamati air laut setelah gempa bumi berhenti.
"Bila benar-benar terjadi tsunami, biasanya akan terdengar suara gemuruh seperti mobil truk fuso dengan kecepatan tinggi dan diikuti air laut surut dalam waktu seketika, setelah gempa besar" katanya.
Sementara itu, pasca gempa besar di Aceh, kawasan wisata di Pantaipanjang Kota Bengkulu tetap dikunjungi warga meski tidak seramai pada malam biasanya.
Meskipun ada peringatan tsunami di wilayah pantai Bengkulu, namun ada pertunjukan musik di Sport Centre kawasan pantai panjang Kota Bengkulu, Selasa (11/4) malam.(mhe)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012