Rejanglebong,  (Antara) - Pabrik pengolahan minyak nilam milik badan usaha milik daerah (BUMD) Rena Skalawi Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu, yang dibangun 2006 lalu sampai saat ini tidak berproduksi.

Pantauan di lapangan, Rabu pabrik yang dibangun oleh Pemkab Rejanglebong tersebut terletak daerah perbatasan antara Kabupaten Rejanglebong dengan Kepahiang tepatnya di RT 14 Kelurahan Durian Depun, Kecamatan Merigi, Kepahiang.

Bangunan yang didirikan di atas tanah milik Pemkab Rejanglebong dengan luasan 4.400 meter persegi tersebut mulai retak-retak dan mesin pengolahan minyak nilam juga sudah hilang sedangkan tangki-tangki pengolahannya juga mulai berkarat.

Menurut keterangan Sarofi (35) warga sekitar pabrik, bangunan itu sudah lama tidak difungsikan. Sejak dibangun pabrik ini hanya satu kali beroperasi, itu pun tidak membuahkan hasil.

"Cuma satu kali beroperasi itu pun tidak berhasil, karena tanaman nilam yang dihasilkan petani di sekitar pabrik kualitasnya jelek dan minyaknya juga sedikit. Selain itu pasokan tanaman nilam dari Bengkulu Utara juga berkurang karena di sana juga ada pabrik yang sama sehingga pabrik nilam ini tidak lagi beroperasi," ujarnya.

Warga yang bermukim di sekitar pabrik yang dibangun oleh Pemkab Rejanglebong itu sendiri kata dia, selama beberapa tahun belakangan memanfaatkan lahan di sekitar bangunan itu dengan menanam buah-buahan seperti pisang dan pepaya serta jenis sayuran lainnya.

Sementara itu menurut Okta Firdawan yang baru ditunjuk menjadi Direktur BUMD Rena Skalawi Rejanglebong, bangunan pabrik itu merupakan salah satu aset yang membangun para pengurus BUMD sebelumnya yang kondisinya sudah memprihatinkan.

"Pabrik penyulingan minyak nilam itu merupakan salah satu aset BUMD Rena Skalawi, kondisinya sangat memprihatinkan selain mesinnya sudah tidak ada, kemudian tangki-tangki pengolahannya juga mulai berkarat dan sudah tidak bisa difungsikan," ujarnya.

Pihaknya sendiri kata dia, belum dapat memastikan apakah akan memfungsikan kembali pabrik yang dibangun dengan anggaran mencapai Rp1 miliar tersebut mengingat peralatannya sudah banyak yang hilang dan rusak serta tidak adanya tanaman nilam sebagai bahan baku utamanya.

"Saat ini kami sedang mendata aset-aset yang dimiliki BUMD Rena Skalawi ini, kalau pabrik minyak nilam itu saya rasa sulit untuk dioperasikan lagi karena kondisinya sudah rusak dan alat-alatnya sudah banyak yang hilang," kata dia.***2***




Pewarta: Oleh Nur Muhamad

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014