Mukomuko,  (Antara) - Badan Koordinasi, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Mukomuko, Bengkulu menyatakan selama satu tahun terakhir kasus pelajar yang putus sekolah akibat hamil di luar nikah masih terbilang tinggi.

"Tahun ini saja dua siswi SMP dan SMA yang hamil. Kedua pelajar itu terpaksa menikah," kata Kabid Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Badan Koordinasi, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Mukomuko Edwin Harnani, di Mukomuko, Minggu.

Ia menyebutkan, pada 2014 kasus serupa juga dialami oleh sebanyak lima orang siswi SMP dan SMA. Mereka yang sudah hamil ini terpaksa harus "Drop Out" dari sekolahnya.

Menurutnya, kasus pelajar putus sekolah akibat hamil masih terjadi di daerah itu karena faktor pendidikan terhadap anak itu sendiri. Selain itu kurangnya perhatian dan pengawasan dari kedua orang tua.

"Pemahaman nilai keagamaan dalam keluarga itu sendiri masih rendah sehingga kurangnya penanaman akhlak dan iman di keluarga," ujarnya.

Ia mengatakan, upaya yang telah dilakukan instansi itu selama ini dengan mengaktifkan pusat informasi kesehatan reproduksi remaja di sekolah sekolah di daerah itu.

Diakuinya, belum semua sekolah di daerah itu yang aktif pusat informasi kesehatan reproduksi remaja, namun pelajar di beberapa sekolah seperti SMA di Kecamatan Lubuk Pinang serius menjalankannya.

Ia yakin, kalau pusat informasi kesehatan reproduksi remaja ini aktif dan pelajar serius melaksanakannya, kedepan tidak ada lagi kasus pelajar yang putus sekolah akibat hamil diluar nikah.

Ia menerangkan, pihaknya memberikan buku dan penyuluhan mengenai pusat informasi kesehatan reproduksi remaja hingga pembinaan dari instansi itu di kabupaten dan Provinsi Bengkulu.*

Pewarta: Oleh Ferri Arianto

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015