"Kadang-kadang tanpa disadari kita (sebagai orang tua) di rumah sering melakukan itu (perundungan) dengan bentuk-bentuk kecil pada anak-anak, (intimidasi dan kemarahan berlebihan) tapi karena di bawah kendali orang tua, anak-anak tidak punya kekuatan untuk melawan," kata Gubernur Rohidin Mersyah di Bengkulu, Jumat.
Menurut Rohidin orang tua perlu memberikan pola asuh yang tepat pada anak, memperhatikan hal-hal kecil yang dianggap sepele namun sebenarnya merupakan sudah merupakan tindakan perundungan pada anak.
Tindakan-tindakan tersebut menurut dia jika menjadi kelaziman dirasakan anak di rumah, lanjut Rohidin akan membentuk karakter mental yang kurang baik bagi sang anak.
Risiko yang diterima anak ada dua macam, pertama sang anak mengalami traumatik mendalam akibat perlakuan perundungan orang tua, yang akhirnya anak-anak dikhawatirkan juga akan menjadi korban perundungan di lingkungan luar.
Atau, kata dia, anak menjadi terbiasa dengan tindakan perundungan dan malah membentuk dan menggiring sang anak menjadi pelaku perundungan.
"Model 'bullying' yang rendah terhadap anak-anak itu, seperti orang tua mengkooptasi anak sendiri, melarang berkawan dengan anak tertentu karena nakal, itu sebenarnya sudah bentuk 'bullying' yang jarang disadari," kata dia lagi.
Selain itu, Gubernur Rohidin juga menekankan pada sekolah agar terus berkomitmen mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah. Para guru harus lebih kreatif dalam mendidik dan menjadi teladan bagi siswa.