Bengkulu (Antara) - Masyarakat Kota Bengkulu mengeluhkan buruknya kondisi sektor transportasi umum, keadaan itu juga diperparah dengan kondisi perekonomian kekinian.
"Biasanya saya menggunakan kendaraan pribadi untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi ada niat untuk kembali menggunakan transportasi umum, pas saya coba ternyata biaya menggunakan angkutan kota (angkot) lebih mahal daripada menggunakan kendaraan pribadi, ini membuat jera," kata salah seorang warga Kota Bengkulu, Ny Titi di Bengkulu, Sabtu.
Harapan transportasi umum dapat membantu menghemat pengeluaran keuangan keluarga disaat semua harga kebutuhan pokok melonjak, termasuk bahan bakar minyak, ternyata pada kenyataan malah sebaliknya, semakin membuat boros.
"Untuk mencapai tempat kerja saya yang jaraknya cuma sekitar delapan kilometer harus naik angkutan kota dua sampai tiga kali, kalau dirupiahkan bisa melebihi Rp10 ribu, sementara kalau dengan uang segitu sudah bisa membeli satu liter bensin dan cukup untuk tiga atau empat hari," katanya.
Dia merindukan ada transportasi umum yang hemat, sehingga tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian sehari-harinya.
"Memang menggunakan motor itu lebih hemat untuk sehari-harinya, tetapi kalau lima orang dalam satu keluarga ini menggunakan motor, berapa pajak yang harus dibayarkan setiap tahunnya, kalau ada transportasi umum yang hemat, ini akan sangat membantu sekali di tengah keadaan yang serba mahal ini," ujarnya.
Sementara itu, akademisi Universitas Bengkulu, sekaligus pengamat transportasi dan Kebijakan Publik, Hardiansyah ST MT memprediksi Kota Bengkulu akan mengalami kemacetan parah pada 2017.
"Sampai saat ini belum ada langkah bersifat solusi, yang dapat kita lihat dari Pemerintah Kota Bengkulu, bahkan setiap tahun pertumbuhan kendaraan pribadi terus meningkat tajam," katanya.
Menurut dia, pada 2012, Kota Bengkulu sebagai ibu kota Provinsi Bengkulu sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda kemacetan.
"Pada 2012 sudah mulai terlihat masyarakat semakin banyak menggunakan kendaraan pribadi dari pada kendaraan umum, pada 2013 kita harus menunggu dua kali lampu merah di perempatan jalan dalam kota kalau mau melanjutkan perjalanan, dan sekarang bisa menunggu tiga kali atau empat kali lampu merah menyala agar bisa melewati perempatan tersebut," ucapnya.
Pada 2014 dan 2015, lama waktu tunggu perempatan jalan pun semakin bertambah, ini membuktikan masyarakat sudah meninggalkan model transportasi umum sebagai kebutuhan sehari-hari.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015