Bengkulu (Antara) - Batu akik menjadi oleh-oleh khas dari jalan lintas barat Sumatera yang menghubungkan Provinsi Bengkulu dengan Sumatera Barat, tepatnya di Desa Urai dan Serangai Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara.

"Saya cari akik 'red rafflesia' karena batu Bengkulu jenis itu sudah terkenal," kata Indriadi, warga Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, saat melintas di jalan lintas barat Sumatera, Senin.

Ia mengatakan keberadaan penjual batu akik yang sebagian besar masih berbentuk bahan bongkahan batu menjadi pemandangan unik tersendiri di jalan lintas itu.

Selama ini, kata dia, setiap melintas di dua desa tersebut, yang paling diingat adalah kondisi pesisir pantai yang rawan abrasi.

"Sekarang tidak hanya soal abrasi pantai di Urai dan Serangai, tapi juga keberadaan batu akik," ucapnya.

Setelah memilih beberapa jenis batu yang tersedia, Indriadi memilih satu bongkahan bahan "red rafflesia" atau dalam bahasa lokal disebut batu cempaka merah seharga Rp200 ribu.

Salah seorang pedagang bahan batu akik di Desa Urai, Abdul Gafur mengatakan sudah dua tahun terakhir berjualan bahan batu akik di pinggir jalan lintas Sumatera.

"Sebelumnya saya hanya bertani karet, selama tren batu akik meningkat kami mulai menjual bahan bongkahan batu," ucapnya.

Ia mengatakan jenis batu akik yang paling dicari pembeli yang melintas di jalan lintas barat adalah batu "red rafflesia".

Selain jenis yang sudah dikenal luas itu, jenis lain yang juga diminati adalah jenis kecubung ulung dan teratai.

"Untuk jenis 'red rafflesia' sudah sulit dicari yang warnanya benar-benar merah, hanya ada warna merah tua bahkan ke arah coklat," kata dia.

Ia mengatakan sebagian besar penjual bahan batu itu menjual jenis kecubung ulung yang dijual Rp30 ribu per kilogram.

Sementara batu akik yang sudah diolah dan siap menjadi batu cincin dijual bervariasi mulai Rp50 ribu hingga Rp300 ribu per batu.***1***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015