Bengkulu (Antara) - Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah meminta warga dan perajin akik tidak menjual bahan mentah ke luar daerah tapi mengolah sumber daya alam itu di Bengkulu sebelum dipasarkan ke berbagai tujuan.
"Batu yang sudah diolah lebih tinggi harga jualnya dan tidak perlu mempertaruhkan nyawa," kata dia di Bengkulu, Sabtu.
Gubernur Junaidi mengatakan hal itu terkait satu keluarga penjual bahan mentah akik asal Bengkulu yang ditemukan tidak bernyawa di dalam mobil mereka di kawasan Jatinegara, Jakarta.
Mewakili seluruh warga Bengkulu, Gubernur menyampaikan duka cita mendalam sekaligus mengimbau penjual batu akik agar menjadikan kasus itu sebagai pelajaran berharga.
"Ini pelajaran yang terlalu keras, jangan terulang lagi," kata dia.
Ia mengimbau penjual akik agar mengutamakan keselamatan diri saat menggeluti usaha tersebut, mulai dari proses pengambilan batu hingga penjualan.
Pemerintah daerah kata Gubernur berencana menganggarkan pengadaan mesin olah batu akik dalam APBD tahun anggaran 2016.
Terkait pemulangan ketiga jenazah, Gubernur mengatakan sudah menginstruksikan Kantor Perwakilan Provinsi Bengkulu di Jakarta untuk mengantar langsung ke Bengkulu.
"Hari ini akan tiba di Bengkulu untuk diserahkan kepada keluarga," ucapnya.
Satu keluarga penjual batu akik tersebut yakni Buyung (47), istrinya Desti (38) dan anak mereka Chandra (4), ditemukan meninggal dunia di dalam mobil milik keluarga itu dengan nomor polisi BD-1821- AH pada Jumat (17/4) pagi.
Ketiganya diduga tewas akibat keracunan sisa pembakaran obat anti nyamuk di dalam mobil yang dua bulan terakhir digunakan sebagai tempat tinggal dan lapak menjual bahan mentah akik.***3***