Bengkulu (Antara) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu masih merawat dua ekor satwa langka harimau Sumatera (phantera tigris Sumatrae) korban konflik, sambil menunggu keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Satu ekor bahkan sudah lebih satu tahun kami rawat di sekitar kompleks Kantor BKSDA, masih menunggu keputusan pusat," kata Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Bengkulu Darwis Saragih di Bengkulu, Senin.
Ia mengatakan pelepasliaran satwa terancam punah itu masih menunggu keputusan Presiden melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Selama ini tambah dia, harimau korban konflik sebagian besar dilepasliarkan kembali ke habitatnya di hutan Sumatera.
Darwis mengatakan dua ekor harimau berjenis kelamin jantan dan betina itu dievakuasi dalam waktu berbeda.
Seekor harimau betina terlebih dahulu dievakuasi dari kawasan hutan di Kabupaten Kaur karena terjerat kawat sling milik pemburu liar.
Harimau betina yang diberi nama Elsa itu dalam kondisi baik setelah menjalani operasi bagian kaki depan.
"Sekarang sudah bisa menapakkan kakinya, jadi sebenarnya sudah bisa dilepas di kandang atau tempat yang lebih luas," ucapnya.
Sementara seekor harimau jantan dievakuasi dari sekitar Desa Talang Beringin Kabupaten Seluma, karena menyerang dan menewaskan seorang petani.
Saat ini dua ekor harimau itu ditempatkan dalam kerangkeng besi di sekitar Kantor BKSDA di Kota Bengkulu.
Darwis mengharapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan segera memutuskan masa depan kedua satwa langka endemik Sumatera itu.
Ia menambahan bahwa keterbatasan ruang gerak dalam kandang yang ada saat ini dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan satwa tersebut.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015