Selain menjadi salah satu kunci penting dalam menjaga kebugaran tubuh, tidur juga memberikan banyak manfaat terbaik untuk kesehatan. Namun sebaliknya, menjadi masalah bagi seseorang yang mengalami gangguan tidur atau kelainan pada pola tidur yang tidak teratur.

Kurang tidur dapat disebabkan oleh beragam faktor, seperti stres, pola hidup yang tidak teratur, hingga risiko pekerjaan, dan pikiran berlebih atau overthinking.

Jika terjadi secara terus-menerus tentu akan berdampak terhadap metabolisme tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit salah satunya diabetes tipe 2 atau yang banyak dikenal sebagai diabetes melitus (DM) atau penyakit gula tipe 2.
 
Ilustrasi seorang anak tengah meminum susu. Orang tua perlu teliti dalam memilih susu, karena tidak semua susu baik untuk dikonsumsi oleh anak, karena apabila susu yang diminum mengandung gula yang tinggi maka ditakutkan justru menjadi salah satu penyebab diabetes melitus. (ANTARA/Ist)
 
DM adalah suatu kondisi yang menyebabkan gula darah seseorang menjadi terlalu tinggi. Kelebihan lemak pada hati dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Penumpukan lemak membuatnya tubuh sulit mengontrol kadar glukosa, dan lebih resisten terhadap insulin. Insulin yang dimiliki tubuh bermanfaat untuk memecah kadar gula agar stabil. 

Baca juga: Insomnia dan ciri-cirinya
Baca juga: Kenali gejala dan jenis-jenis insomnia

Diabetes tipe 2 ini dapat memicu penyakit lain seperti sakit jantung dan pembuluh darah, kerusakan saraf, penyakit ginjal, kerusakan mata, masalah kulit, risiko amputasi, gangguan pendengaran, demensia, dan penyakit komplikasi lainnya sehingga tidak bisa diremehkan.

Menurut Dr Lucy Chambers, peneliti diabetes UK yang dilansir dari laman dailmail.co.uk, mengatakan diet sehat saja tidak akan menangkal peningkatan resiko diabetes tipe 2 jika masih kekurangan jam tidur.

Menurut dia, nutrisi, olahraga dan tidur adalah suatu komponen penting dari kesehatan yang baik.

Diabetes tipe 2 terjadi apabila tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau insulin yang dibuatnya tidak bekerja dengan benar. Selain itu, hal buruk lainnya ketika tubuh memiliki kadar gula darah yang tinggi dari waktu ke waktu maka akan meyebabkan serangan jantung dan stroke.

Baca juga: Atur napas cara praktis atasi "distress"
Baca juga: Pembangunan rumah sakit pratama di Mukomuko capai 97 persen

Berbagai gejala kondisi yang didiagnosis dengan tes darah, termasuk kelelahan, rasa haus, dan sering buang air kecil, tetapi ada juga yang tidak memiliki tanda-tanda tersebut.
 
Ilustrasi suasana rumah sakit. (ANTARA/Devi Nindy)


Terlebih lagi penyakit ini dapat menyebabkan masalah yang lebih serius dengan saraf, penglihatan, bahkan hingga ke organ tubuh seperti jantung.

Perawatan untuk diabetes tipe 2 biasanya melibatkan perubahan pola makan dan gaya hidup seseorang, tetapi bagi kasus yang lebih serius mungkin memerlukan pengobatan lanjutan. 

Untuk itu, Dr Chambers menyarankan sejumlah durasi tidur pada setiap kelompok usia agar terhindar dari diabetes melitus, yaitu sebagai berikut:

- Prasekolah (3-5 tahun): 10-13 jam
- Usia sekolah (6-13 tahun): 9-11 jam
- Remaja (14-17 tahun): 8-10 jam
- Dewasa muda (18-25): 7-9 jam
- Dewasa (26-64): 7-9 jam
- Orang dewasa yang lebih tua (65 atau lebih): 7-8 jam

Sementara itu, terdapat sejumlah saran agar seseorang dapat meningkatkan kualitas tidur, di antaranya sebagai berikut:

1. Batasi penggunaan gadget satu jam sebelum tidur
Ponsel, laptop, dan televisi memancarkan cahaya biru, yang mengirim sinyal ke otak sehingga menyebabkan ketergantungan atau kencanduan. Pengurangan durasi menggunakan gadget sangat disarankan bagi seseorang agar dapat tidur dengan nyenyak dan berkualitas.

2. Mengisi waktu luang sebelum tidur dengan berbagai hal
Luangkan waktu 5-10 menit sebelum tidur, lakukan dengan berbagai kegiatan ringan seperti menulis buku catatan dan tulis daftar apa pun yang perlu dilakukan untuk hari berikutnya. Hal ini merupakan salah satu cara agar badan merasakan lelah dan mengantuk.

Baca juga: Mukomuko pastikan pelayanan kesehatan tetap normal selama Ramadhan
Baca juga: KPU santuni sembilan petugas ad hoc di Mukomuko

3. Hindari kafein setelah jam 12 siang
Sebaiknya kurangi pengonsumsian kafein jika ingin meminum minuman panas di sore atau malam hari, maka dianjurkan untuk teh atau kopi tanpa kafein.

Konsumsi kafein berlebih dapat memicu gangguan metabolisme bagi seseorang sehingga mata terus terjaga sampai sulit tidur. 
 
Seorang warga tidur dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (22/2/2024). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc


4. Jaga suhu kamar tidur agar tetap dingin
Pastikan suhu kamar untuk tetap dingin. Jika cuaca panas cobalah tidur dengan jendela terbuka untuk mengurangi suhu dan meningkatkan sirkulasi pada ventilasi udara.

Suhu dingin dapat membuat tubuh lebih rileks dan nyenyak tidur.

Baca juga: BPJS Kesehatan terapkan AI untuk tingkatkan layanan JKN

5. Suplemen vitamin D
Vitamin D berperan penting dalam tidur dan tersedia secara luas di online ataupun di apotek terdekat. Akan tetapi, jika ragu dalam mengonsumsi Vitamin D sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
 
Aneka vitamin. (Shutterstock)


6. Pastikan asupan magnesium yang cukup
Makanan tinggi magnesium seperti bayam, kangkung, alpukat, pisang, kacang mete, dan biji-bijian lainnya dapat memberikan efek sirkulasi darah yang lebih lancar sehingga mempermudah tidur.

Baca juga: Minuman berperasa buatan tingkatkan risiko detak jantung tidak teratur
Baca juga: Stok daging di Bengkulu dipastikan cukup jelang Ramadhan

Pewarta: Vonza Nabilla Suryawan

Editor : Anom Prihantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024