Bengkulu (Antara) - Belasan petani dari berbagai wilayah di Provinsi Bengkulu berunjukrasa di bundaran Simpang Lima Kota Bengkulu sebagai aksi solidaritas terhadap aktivis antitambang di Lumajang, Jawa Timur, Salim Kancil yang dibunuh karena menolak tambang pasir ilegal di desanya.
Aksi para petani, anak-anak serta para aktivis lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu itu yang mendapat penjagaan ketat dari aparat kepolisian.
Koordinator aksi, Ola Elveri mengatakan bahwa pembunuhan Salim Kancil adalah tumbal dari kerakuran korporasi dalam menguasai sumber daya alam.
"Pemerintah juga bertanggungjawab dalam kasus ini karena membuka pintu lebar kepada investor sementara rakyat menanggung dampak buruk," katanya.
Ola mengatakan peristiwa pembunuhan aktivis di Lumajang bukan tidak mungkin terjadi di wilayah Bengkulu sebab di daerah ini, konflik antara masyarakat dengan perusahaan pertambangan juga tinggi.
Salah satunya adalah pertabangan pasir biji besi di wilayah Kabupaten Kaur dan Kabupaten Seluma.
Padahal kawasan pesisir memiliki fungsi strategis bagi perlindungan daratan Bengkulu yang semakin terkikis karena abrasi.
Solikin, petani dari Penago Baru Kabupaten Seluma yang juga menokak kehadiran tambang pasir besi di wilayah mereka meminta pemerintah lebih bijak memberikan izin konsesi tambang.
"Jangan mengorbankan masyarakat banyak demi investasi yang hanya menguntungkan pemodal. Kami mendukung masyarakat Desa Selok Awar-Awar untuk mempertahankan lingkungan yang aman," katanya.
Manajer Advokasi Walhi Bengkulu, Sony Taurus yang juga menjadi penanggungjawab aksi mengatakan pemerintah harus mengakhiri paradigma pembangunan yang bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam.
Sebelum mengakhiri aksi tersebut, para pengunjukrasa membacakan enam tuntutan mereka yakni menuntut pemerintah dan aparat penegak hukum untuk melindungi petani dari indimidasi perusahaan.
Mereka juga menyerukan perlindungan kawasan pesisir sebagai kawasan genting, unik dan penting dalam kelestarian lingkungan.
Para petani dan aktivis juga mendesak pengusutan kasus pembunuhan Salim Kancil dan penganiayaan terhadap Tosan.
"Tuntaskan konflik agraria di Bengkulu dan kembalikan tanah rakyat yang telah dirampas perusahaan tambang dan perkebunan," kata Solikin.***2***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015
Aksi para petani, anak-anak serta para aktivis lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu itu yang mendapat penjagaan ketat dari aparat kepolisian.
Koordinator aksi, Ola Elveri mengatakan bahwa pembunuhan Salim Kancil adalah tumbal dari kerakuran korporasi dalam menguasai sumber daya alam.
"Pemerintah juga bertanggungjawab dalam kasus ini karena membuka pintu lebar kepada investor sementara rakyat menanggung dampak buruk," katanya.
Ola mengatakan peristiwa pembunuhan aktivis di Lumajang bukan tidak mungkin terjadi di wilayah Bengkulu sebab di daerah ini, konflik antara masyarakat dengan perusahaan pertambangan juga tinggi.
Salah satunya adalah pertabangan pasir biji besi di wilayah Kabupaten Kaur dan Kabupaten Seluma.
Padahal kawasan pesisir memiliki fungsi strategis bagi perlindungan daratan Bengkulu yang semakin terkikis karena abrasi.
Solikin, petani dari Penago Baru Kabupaten Seluma yang juga menokak kehadiran tambang pasir besi di wilayah mereka meminta pemerintah lebih bijak memberikan izin konsesi tambang.
"Jangan mengorbankan masyarakat banyak demi investasi yang hanya menguntungkan pemodal. Kami mendukung masyarakat Desa Selok Awar-Awar untuk mempertahankan lingkungan yang aman," katanya.
Manajer Advokasi Walhi Bengkulu, Sony Taurus yang juga menjadi penanggungjawab aksi mengatakan pemerintah harus mengakhiri paradigma pembangunan yang bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam.
Sebelum mengakhiri aksi tersebut, para pengunjukrasa membacakan enam tuntutan mereka yakni menuntut pemerintah dan aparat penegak hukum untuk melindungi petani dari indimidasi perusahaan.
Mereka juga menyerukan perlindungan kawasan pesisir sebagai kawasan genting, unik dan penting dalam kelestarian lingkungan.
Para petani dan aktivis juga mendesak pengusutan kasus pembunuhan Salim Kancil dan penganiayaan terhadap Tosan.
"Tuntaskan konflik agraria di Bengkulu dan kembalikan tanah rakyat yang telah dirampas perusahaan tambang dan perkebunan," kata Solikin.***2***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015