Provinsi Bengkulu memaksimalkan program Gerakan Rafflesia Menanam guna mengatasi potensi inflasi yang terjadi pada triwulan III dan IV 2024.

"Penerbitan surat edaran kepala daerah untuk Gerakan Rafflesia Menanam di sekolah, PKK, KWT, termasuk pelaku perkebunan sawit," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu sekaligus bagian TPID Bengkulu Darjana di Bengkulu, Jumat.

Dia mengatakan gerakan tersebut nantinya membangun kemandirian masyarakat untuk tidak ketergantungan terhadap komoditas yang dijual di pasaran.

"Jadi sudah ada bawang, cabai di rumah, dan beberapa jenis komoditas lainnya, tentu pasokan di pasaran tidak akan terbebani lagi dan harga menjadi lebih stabil," kata dia.

Tidak hanya itu, TPID Provinsi Bengkulu juga menyiapkan rencana aksi pemanfaatan "bangsal storage cabai" dan gawang guna memenuhi ketersediaan pasokan dua komoditas yang ikut menyumbang cukup tinggi terhadap andil inflasi Bumi Rafflesia tersebut.

TPID juga segera mereplikasi Toko Pangan Ado Galo (toko pangan serba ada) sebagai sarana stabilisasi harga peningkatan pasar murah. Sebelumnya, TPID bersama pemerintah daerah setempat sudah merealisasikan Toko Pangan Ado Galo yang ditempatkan di pasar tradisional di Kota Bengkulu.

"Berikutnya segera dibangun di Ipuh Kabupaten Mukomuko, toko pangan ini disuplai oleh Bulog dan UMKM binaan," kata Darjana.

Selanjutnya, Bank Indonesia juga mengembangkan pertanian klaster untuk meningkatkan produksi bahan pangan khususnya bahan pokok yang ikut mendorong inflasi Bengkulu.

"Pengembangan klaster cabai di Rejang Lebong terus didorong untuk memenuhi permintaan, klaster bawang didorong di Kabupaten Mukomuko dan Kepahiang
untuk memenuhi kebutuhan dalam daerah, klaster pengembangan beras di Kabupaten Mukomuko dan Bengkulu Selatan, pengembangan peternak ayam petelur di daerah Bengkulu Utara," ujarnya.

Pewarta: Boyke Ledy Watra

Editor : Anom Prihantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024