Bogor (ANTARA Bengkulu) - Hari ketujuh evakuasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 sepanjang Selasa ditandai dengan makin koordinatifnya kerja sama antara tim dari Indonesia dan Rusia, serta pernyataan tentang dilanjutkannya operasi kemanusiaan itu.

Ketua Tim SAR (pencarian dan pertolongan) Rusia Cupalenkov, melalui penerjemahnya kepada wartawan di Lapangan Pasir Pogor, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Pihaknya berjanji akan menyerahkan kotak hitam pesawat Sukhoi Superjet 100 jika mereka yang menemukan pertama kalinya di lokasi musibah di Gunung Salak.

"Sesuai peraturan internasional, kalau SAR Rusia menemukan black box maka akan menyerahkan ke Indonesia," kata Cupalenkov.

Ia menambahkan demikian pula halnya dengan soal penyelidikan maka penanganannya diserahkan ke pemerintah di mana tempat peristiwa itu terjadi. "Itu sesuai peraturan internasional," katanya.

Dan itu pun dilakukan setelah perundingan antara Indonesia dengan Rusia.

Kendati demikian, ia menyebutkan pihaknya akan tetap fokus kepada penyelamatan orang korban musibah itu. "Setelah itu, kotak hitam," katanya.

Semakin koordinatifnya kerja sama dua pihak itu, juga disampaikan  Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan pihak Rusia yang bertukar informasi mengenai pesawat dalam rangka penyelidikan penyebab jatuhnya  Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak Bogor.

"Kita bekerja sama dengan Rusia dalam penyelidikan jatuhnya Sukhoi. Yang sudah kita lakukan saling bertukar informasi tentang pesawat, peralatan, lisensi dan sebagainya," kata Kepala Operasi Investigasi Sukhoi SSJ 100 Kapten Prita Wijaya di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.

Saat ini, tim investigasi KNKT dan pihak Rusia masih mengadakan rapat merumuskan apa yang diperlukan dalam penyelidikan penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100.

Menurut dia, Air Traffic Control (ATC) Indonesia juga sudah memberikan data ke KNKT dan data tersebut sudah dibagi ke Rusia.

"Saat ini kita sedang diskusi tentang data itu," tambah Prita.

Ia juga berharap kotak hitam pesawat Shukoi bisa segera ditemukan untuk mempermudah penyelidikan dan mengetahui penyebab jatuhnya pesawat meskipun tidak mudah ditemukan karena kondisi medan yang berat.                                  

Dilanjutkan
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Daryatmo mengatakan, operasi evakuasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 akan dilanjutkan meskipun masa tanggap darurat selama tujuh hari berakhir.

"Operasi evakuasi selama tujuh hari sesuai ketentuan bisa dihentikan tapi kami melihat kondisi yang ada kami akan meneruskan sampai nanti ada keputusan lebih lanjut," katanya dalam konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa.

Menurut dia, operasi evakuasi tidak dihentikan karena masih ada kemungkinan-kemungkinan korban masih ada di bawah dan kotak hitam belum ditemukan.

"Setiap langkah kami selalu mempertimbangkan bagaimana kondisi keluarga korban maka operasi tidak dihentikan," katanya.

Lebih lanjut Daryatmo mengatakan, selama tujuh hari operasi evakuasi oleh tim SAR gabungan di Gunung Salak, Bogor, belum menemukan korban yang hidup.

Hingga Selasa malam, sekurangnya sudah 31 kantong jenazah yang dievakuasi dari Bogor ke Rumah Sakit Polri, Jakarta Timur, untuk diidentifikasi.

"Saya tidak menyimpulkan korban tidak ada yang selamat, tapi jika dilihat dari kemampuan orang bertahan hidup hanya sampai tujuh hari dalam kondisi seperti itu. Maka operasi SAR ini tidak dihentikan," tambah dia.

Selain mengevakuasi korban, tugas Basarnas mulai kemarin hingga ke depan adalah mencari kotak hitam.

Saat ini operasi evakuasi tim SAR sudah berada di kedalaman 600 meter dari lokasi kecelakaan dan diperlebar hingga radius 250 meter.

"Walaupun kita ke bawah untuk mencari kotak hitam, sangat sulit hanya dapat dicapai dengan menggunakan tali dan kondisi ekor pesawat yang kami temukan kemarin alat komunikasi terlempar sekitar 400 meter dari ekor pesawat," katanya.

Soal parasut
Sementara itu, tim investigasi KNKT Rusia Sergey Korostiev mengatakan, parasut yang ditemukan di dekat jenazah korban yang diduga pilot pesawat, Alexander Yablontsev merupakan bagian dari peralatan keselamatan jika pesawat dalam kondisi  darurat.

"Parasut itu berada dalam box kontainer yang digunakan jika pesawat harus mendarat secara darurat," katanya.

Sergey menambahkan, akibat ledakan, banyak bagian pesawat yang terlempar jauh dari lokasi tabrakan pesawat, dan parasut secara otomatis terbuka.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Daryatmo menjelaskan, parasut itu memang ada tapi bukan untuk kepentingan pilot sebagaimana diduga sebelumnya, bahwa pilot melompat sebelum tabrakan terjadi.

"Parasut itu bagian dari pesawat sebagai peralatan survival jika mengalami kondisi darurat," kata Daryatmo.

Pada Sabtu (12/5), satu jenazah dalam kondisi masih utuh yang diduga pilot Sukhoi SSJ 100 ditemukan. Dugaan jenazah tersebut pilot pesawat dilihat dari pakaian yang dikenakan, berkulit putih dan rambutnya berbeda dengan warna kulit orang Indonesia.

Di dekat jenazah juga ditemukan parasut dengan kondisi terbuka yang menyangkut di pohon.

Nomor rangka
Komandan Korem 061/Suryakencana Kolonel (Inf) AM Putranto mengatakan, dalam rapat koordinasi dengan perwakilan Rusia disampaikan keinginan tim Rusia untuk meminta izin turun ke lokasi jatuhnya pesawat, guna mencari nomor rangka Sukhoi Superjet 100.

"Rapat berlangsung baik, pihak Rusia meminta izin kepada kita untuk turun ke lokasi jatuhnya pesawat. Mereka ingin mencari nomor rangka pesawat tersebut untuk keperluan mereka," kata Danrem di Posko kendali evakuasi korban Sukhoi Superjet 100 di Balai Embrio Ternak, Cipelang, Kabupaten Bogor, Selasa malam.

Danrem mengatakan dalam rapat tersebut pihaknya memperlihatkan dokumentasi lokasi dan proses evakuasi korban Sukhoi.

Pihak Rusia, menurut Danrem, memahami kondisi di lapangan, dan mereka meminta Indonesia untuk memandu tim mereka melakukan pencarian material Sukhoi Superjet 100.

Perwakilan Rusia memahami aturan main dalam operasi yang sepenuhnya dipegang penuh Indonesia,s ehingga tim Rusia harus mematuhi setiap aturan yang ada.

"Tugas kita di sini selain membantu mereka dalam proses evakuasi ini, kita juga bertugas mengamankan mereka. Karena bagaimanapun juga, mereka adalah tamu warga negara asing yang perlu dikawal baik," katanya.

Danrem menyebutkan, saat ini ada 12 anggota SAR Rusia yang sudah berada di Puncak Gunung Salak. Pada Selasa ini tim tersebut sudah mulai turun menyusuri tebing jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100.

Menurut Danrem, saat ini anggota tim gabungan Rusia dan Indonesia sedang menuruni lembah setinggi 200 meter. Pergerakan tim menjadi lambat, karena anggota tim dari Rusia belum terlatih di medan sesulit Gunung Salak.

"Saya mendapat laporan karena cuaca buruk, saya perintahkan tim untuk bertahan dulu dan melanjutkan perjalanan Rabu besok, mereka akan menyusuri tebing dengan menggunakan tali-tali yang sudah dipasang oleh tim sebelumnya. Hanya saja orang Rusia ini tidak mempercayai alat-alat yang kita pakai, jadi saat mereka turun kita kawal setiap jarak 10 meter," kata Danrem.

Tim gabungan Rusia dan Indonesia diberangkatkan Minggu (13/5) sore dari posko kendali utama Balai Embrio Ternak, Cipelang. Sebanyak 12 orang anggota SAR Rusia ini berangkat bersama 20 orang anggota SAR Indonesia dari kesatuan Kopassus dan Brimob.

Tugas ke dua tim gabungan ini adalah mengevakuasi material pesawat termasuk di dalamnya kotak hitam.

Jalur alternatif
Warga Kampung Pasir Pogor, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor membuka jalur alternatif menuju "helipad" sementara yang dibangun tim SAR gabungan di Lapangan SMPN I Cijeruk.

"Kami sengaja membuka jalur alternatif ini untuk membantu warga dan wartawan yang ingin menuju 'helipad', karena arus lalu lintas menuju landasan udara untuk tempat evakuasi korban pesawat komersial Sukhoi Superjet-100 yang jatuh di kawasan Gunung Salak kerap macet karena lalu lalang kendaraan baik warga, wartawan dan petugas," kata Endang warga Pasir Pogor, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk kepada wartawan, Selasa.

Menurut dia, jalur alternatif ini cukup dekat dengan lokasi "helipad" namun harus menempuh jalan setapak yang berada diperkebunan milik warga sekitar.

Nantinya, jalur alternatif ini langsung tembus ke depan SMP N I Cijeruk, namun warga atau siapapun yang ingin melalui jalur ini harus melalui jalur setapak yang berada di perkebunan warga.

"Kami hanya ingin membantu saja dan siapapun yang melalui jalur alternatif ini tidak dipungut biaya dan jika ada yang ingin memberi hanya seiklasnya saja," tambahnya.

Suliasih warga Cidahu, Kabupaten Sukabumi yang sengaja datang ke "helipad" mengatakan, dirinya cukup terbantu dengan adanya jalur alternatif yang dibuat warga ini, karena pada hari pertama dirinya dengan keluarganya datang pada Sabtu (12/5) kemacetan di jalan menuju helipad cukup panjang.

"Saya sengaja datang untuk kedua kalinya karena ingin mengetahui secara langsung proses evakuasi, selama ini hanya melihat di televisi saja, selain itu ingin tahu bentuk helikopter dari dekat dan dengan adanya jalur alternatif melalui jalan setapak walaupun hanya cukup untuk motor saja tetapi dirinya sangat terbantu,"katanya.

Selain membuat jalur alternatif warga juga mengais rezeki dari para pendatang dengan menjadikan halaman rumahnya untuk lahan parkir, bahkan pendapatan mereka ini dalam sehari dari ongkos parkir kendaraan bisa mencapai Rp50 ribu.

Sementara tidak jauh dari lokasi helipad warga juga menggelar jajanan dan masakan untuk wartawan dan petugas yang ingin makan atau sekedar "ngemil", namun sangat disayangkan harga makanan cukup mahal dengan alasan ongkos.(T.A035/Z002)

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012