Khatib Shalat Idul Adha 1445 Hijriah di Stadion Mini Waydadi Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung Hamam Syafe'i MZ mengatakan ibadah haji dan kurban bukti kepatuhan manusia kepada Sang Khalik Pemilik Jagat Raya.
"Bahwa sesungguhnya ibadah haji dan kurban adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena sesungguhnya keduanya merupakan pengabdian dan ketundukan seorang hamba kepada Allah SWT," kata dia dalam ceramahnya di Bandarlampung, Senin.
Dia menjelaskan ibadah haji dan kurban mengajarkan umat Islam untuk menjadi pribadi yang mulia.
Selain itu, sebagai upaya menanamkan kepribadian tauhid kepada kaum Muslim untuk memenuhi panggilan Allah SWT.
"Haji dan kurban merupakan ibadah penuh dengan kepatuhan dan ketundukan terhadap sang penciptanya," kata dia.
Hal ini tercermin dalam lafaz Talbiyah yang lazim dikumandangkan dalam pelaksanaan ibadah, "Labbaik Allahumma labbaik labbaikala syarikalaka labbaik innal hamda wanni'matalak walmulkala syarikalak" yang artinya "Aku datang memenuhi panggilan-Mu aku datang memenuhi panggilan-Mu sungguh segala nikmat dan kekuasaan adalah milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu".
Demikian halnya dengan ibadah kurban, katanya, suatu bentuk ketaatan umat Muslim kepada Allah SWT yang dapat dilihat dari sejarah Nabi Ibrahim AS menunjukkan keimanan dan ketundukan.
"Hal ini tercermin ketika anak yang paling disayang dan dicintainya harus disembelih atas perintah Allah SWT. Kalau kita mau jujur tidak ada satu orang tua pun yang tega menyembelih anaknya sendiri kecuali atas dasar iman dan ketundukkan kepada Sang Pencipta alam semesta ini," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan bahwa haji dan kurban juga mengajarkan kepada umat Islam memiliki kepribadian mujahid (pejuang) karena keduanya merupakan ibadah yang membutuhkan kesungguhan dalam menjalankan.
Keduanya diperlukan biaya yang tidak sedikit, bukan hanya materi. Ibadah haji dilaksanakan penuh perjuangan, baik fisik maupun mental, dengan meninggalkan keluarga, tanah air, jabatan, status, serta harus mampu mengekang hawa nafsu.
"Demikian halnya dengan ibadah kurban, hewan kurban yang disembelih biasanya dipilihkan hewan yang terbaik, dan setelah hewan kurban disembelih harus dikuliti terlebih dahulu, dibersihkan, dipotong-potong dan selanjutnya dibagikan kepada yang berhak menerimanya," kata dia.
Ia mengatakan Islam tidak mengenal paksaan dalam beribadah sebagai contoh dalam shalat.
"Apabila tidak mampu berdiri maka diperbolehkan duduk, tidak bisa duduk maka diperbolehkan berbaring hingga shalat dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat pun diperbolehkan," kata dia.
Ia mengatakan tidak ada paksaan dalam ibadah haji dan kurban, namun sebagai suatu kewajiban untuk dilaksanakan oleh mereka yang mampu.
"Sungguh beruntung bagi orang orang yang mendapatkan kesempatan berangkat menunaikan ibadah haji ke Baitullah, karena mereka adalah salah satu dari sekian juta manusia yang bisa menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci. Oleh karenanya kita patut bersyukur atas nikmat kesempatan dan kemampuan yang diberikan Allah SWT," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
"Bahwa sesungguhnya ibadah haji dan kurban adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena sesungguhnya keduanya merupakan pengabdian dan ketundukan seorang hamba kepada Allah SWT," kata dia dalam ceramahnya di Bandarlampung, Senin.
Dia menjelaskan ibadah haji dan kurban mengajarkan umat Islam untuk menjadi pribadi yang mulia.
Selain itu, sebagai upaya menanamkan kepribadian tauhid kepada kaum Muslim untuk memenuhi panggilan Allah SWT.
"Haji dan kurban merupakan ibadah penuh dengan kepatuhan dan ketundukan terhadap sang penciptanya," kata dia.
Hal ini tercermin dalam lafaz Talbiyah yang lazim dikumandangkan dalam pelaksanaan ibadah, "Labbaik Allahumma labbaik labbaikala syarikalaka labbaik innal hamda wanni'matalak walmulkala syarikalak" yang artinya "Aku datang memenuhi panggilan-Mu aku datang memenuhi panggilan-Mu sungguh segala nikmat dan kekuasaan adalah milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu".
Demikian halnya dengan ibadah kurban, katanya, suatu bentuk ketaatan umat Muslim kepada Allah SWT yang dapat dilihat dari sejarah Nabi Ibrahim AS menunjukkan keimanan dan ketundukan.
"Hal ini tercermin ketika anak yang paling disayang dan dicintainya harus disembelih atas perintah Allah SWT. Kalau kita mau jujur tidak ada satu orang tua pun yang tega menyembelih anaknya sendiri kecuali atas dasar iman dan ketundukkan kepada Sang Pencipta alam semesta ini," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan bahwa haji dan kurban juga mengajarkan kepada umat Islam memiliki kepribadian mujahid (pejuang) karena keduanya merupakan ibadah yang membutuhkan kesungguhan dalam menjalankan.
Keduanya diperlukan biaya yang tidak sedikit, bukan hanya materi. Ibadah haji dilaksanakan penuh perjuangan, baik fisik maupun mental, dengan meninggalkan keluarga, tanah air, jabatan, status, serta harus mampu mengekang hawa nafsu.
"Demikian halnya dengan ibadah kurban, hewan kurban yang disembelih biasanya dipilihkan hewan yang terbaik, dan setelah hewan kurban disembelih harus dikuliti terlebih dahulu, dibersihkan, dipotong-potong dan selanjutnya dibagikan kepada yang berhak menerimanya," kata dia.
Ia mengatakan Islam tidak mengenal paksaan dalam beribadah sebagai contoh dalam shalat.
"Apabila tidak mampu berdiri maka diperbolehkan duduk, tidak bisa duduk maka diperbolehkan berbaring hingga shalat dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat pun diperbolehkan," kata dia.
Ia mengatakan tidak ada paksaan dalam ibadah haji dan kurban, namun sebagai suatu kewajiban untuk dilaksanakan oleh mereka yang mampu.
"Sungguh beruntung bagi orang orang yang mendapatkan kesempatan berangkat menunaikan ibadah haji ke Baitullah, karena mereka adalah salah satu dari sekian juta manusia yang bisa menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci. Oleh karenanya kita patut bersyukur atas nikmat kesempatan dan kemampuan yang diberikan Allah SWT," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024