Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama sejumlah instansi, lembaga dan perguruan tinggi melakukan kajian terkait sesar aktif di wilayah Gorontalo.
Plt Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Rahmat Triyono di Gorontalo, Senin, mengatakan Gorontalo merupakan daerah yang terletak pada zona tektonik aktif.
"Berkaitan dengan hal itu, keberadaan sesar aktif di darat mutlak perlu diketahui guna meminimalkan risiko akibat gempa yang timbul," ucap dia.
Akan tetapi kata dia, tidak ada dokumentasi sejarah kegempaan merusak di wilayah tersebut yang bersumber dari zona sesar Gorontalo. Selain itu terdapat perbedaan pendapat mengenai keaktifan zona sesar tersebut karena kurangnya bukti kuat.
Sehingga BMKG bersama sejumlah instansi, lembaga dan perguruan tinggi melakukan kajian dan analisis tingkat keaktifan sesar-sesar di Zona Sesar Gorontalo berdasarkan data mutakhir yang tersedia.
Data-data itu antara lain berupa seismisitas tahun 1960 hingga tahun 2024, data denmas atau model digital yang berisi informasi tentang ketinggian atau elevasi permukaan bumi, termasuk dasar laut untuk analisis tektonik geomorfologi dan penyelidikan lapangan.
"Informasi penting mengenai keaktifan zona sesar ini diperlukan untuk meningkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi di area Gorontalo dan sekitarnya," kata dia.
Data gempa bumi yang dimiliki oleh BMKG sejak tahun 1960 mencatat adanya gempa bumi pada daerah Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Bone Bolango yang mengindikasikan adanya sesar aktif di wilayah tersebut.
Rahmat mengatakan, untuk mencapai hasil yang optimal pada kajian itu, BMKG turun bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Geologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kemudian Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), dan Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) yang difasilitasi pendanaan penuh World Bank melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP).
Survei lapangan di wilayah Gorontalo secara umum akan dibagi menjadi beberapa tahap yang meliputi survei pendahuluan, akuisisi data lidar, geologi permukaan, dan geofisika.
Kegiatan itu dimulai pada September hingga Desember 2024 di wilayah Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Bone Bolango.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Plt Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Rahmat Triyono di Gorontalo, Senin, mengatakan Gorontalo merupakan daerah yang terletak pada zona tektonik aktif.
"Berkaitan dengan hal itu, keberadaan sesar aktif di darat mutlak perlu diketahui guna meminimalkan risiko akibat gempa yang timbul," ucap dia.
Akan tetapi kata dia, tidak ada dokumentasi sejarah kegempaan merusak di wilayah tersebut yang bersumber dari zona sesar Gorontalo. Selain itu terdapat perbedaan pendapat mengenai keaktifan zona sesar tersebut karena kurangnya bukti kuat.
Sehingga BMKG bersama sejumlah instansi, lembaga dan perguruan tinggi melakukan kajian dan analisis tingkat keaktifan sesar-sesar di Zona Sesar Gorontalo berdasarkan data mutakhir yang tersedia.
Data-data itu antara lain berupa seismisitas tahun 1960 hingga tahun 2024, data denmas atau model digital yang berisi informasi tentang ketinggian atau elevasi permukaan bumi, termasuk dasar laut untuk analisis tektonik geomorfologi dan penyelidikan lapangan.
"Informasi penting mengenai keaktifan zona sesar ini diperlukan untuk meningkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi di area Gorontalo dan sekitarnya," kata dia.
Data gempa bumi yang dimiliki oleh BMKG sejak tahun 1960 mencatat adanya gempa bumi pada daerah Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Bone Bolango yang mengindikasikan adanya sesar aktif di wilayah tersebut.
Rahmat mengatakan, untuk mencapai hasil yang optimal pada kajian itu, BMKG turun bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Geologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kemudian Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), dan Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) yang difasilitasi pendanaan penuh World Bank melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP).
Survei lapangan di wilayah Gorontalo secara umum akan dibagi menjadi beberapa tahap yang meliputi survei pendahuluan, akuisisi data lidar, geologi permukaan, dan geofisika.
Kegiatan itu dimulai pada September hingga Desember 2024 di wilayah Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Bone Bolango.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024