Bengkulu (Antara) - Gubernur Provinsi Bengkulu Ridwan Mukti mengatakan, laut Bengkulu yang terbentang sepanjang 525 kilometer di pesisir barat Sumatera bisa menjadi salah satu solusi untuk menekan terjadinya konflik lahan pertanian.

"Terutama yang bersinggungan dengan hutan lindung, kita kasihan dengan masyarakat kita yang berada di bukit barisan, mereka dianggap sebagai perambah," kata dia di Bengkulu, Senin.

Padahal sumber daya alam terbesar di Bengkulu berada di laut. Petani diarahkan mulai beralih untuk mengelola hasil laut Bengkulu baik dalam bentuk industri rumah tangga maupun industri kreatif.

"Mari kita tidak `memunggungi` lautan, memang tidak mudah beralih tetapi lahan yang dapat diolah semakin terdesak," katanya.

Dari 525 kilometer bentangan laut Bengkulu, masyarakat nelayan bisa memanfaatkan sumber daya laut sepanjang 200 mil dari pesisir ke tengah laut.

"Dan masih ada 3.000 mil, laut bebas yang bisa dimanfaatkan seperti yang diungkapkan Kemenko Maritim," ucapnya.

Di Bengkulu kata dia bisa dibangun budidaya hasil perikanan tangkap, seperti budidaya lobster atau udang. Usaha budidaya tersebut diyakini bisa menyerap banyak tenaga kerja.

Selain itu, industri kreatif, seperti pernak pernik dari sumber daya laut, maupun kuliner bisa di bangun masyarakat secara perorangan.

"Untuk pembangunan industri ikan segar, atau dalam bentuk pengalengan, itu membutuhkan pembenahan sejumlah infrastruktur," ucapnya.

Selain itu, daerah ini bisa menjadi lokasi industri galangan kapal, pelayaran, industri kosmetik yang berasal dari sumber daya laut dalam, serta pariwisata.

Melihat potensi laut di Bengkulu, gubernur meyakini, jika dimaksimalkan mampu membuat masyarakat di provinsi itu berada di atas garis sejahtera. ***1***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016