Bengkulu (Antara) - DPRD Provinsi Bengkulu mendukung program penyelamatan kawasan Pulau Tikus dari ancaman abrasi akibat kikisan air laut dan pencurian terumbu karang.

"Kami mendapat laporan dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mereklamasi Pulau Tikus yang jarakanya sekitar 12 mil dari Kota Bengkulu, untuk dikembalikan pada posisi semula yang seluas 20 hektare," kata Wakil Katua DPRD Provinsi Bengkulu Suharto, Selasa.

Ia mengatakan Pulau Tikus itu sebelumnya sempat tercemar limbah batu bara akibat transit dari pelabuhan Pulau Baai ke Kapal besar yang ditambatkan di sekitar pulau tersebut.

Selain itu luas kawasan Pulau Tikus tersebut semakin habis akibat kikisan air laut, sedangkan pulau itu sangat membantu membentengi Bengkulu saat terjadi tsunami di Samudera Hindia.

Selama ini belum terpikirkan oleh instansi terkait untuk mereklamasi Pulau Tikus yang menjadi salah satu andalan obyek wisata Kota Bengkulu itu, namun setelah ada rencana untuk mereklamasinya DPRD segera merespon.

"Kami juga berharap ada dukungan dari berbagai pihak antara lain masyarakat, Kementerian Kelautan dan Perikanan apalagi salah satu pogram Gubernur Bengkulu untuk membangun sektor kemaritiman di Bengkulu lima tahun ke depan.

Sementara Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu Ricky Gunarwan mengatakan rencana reklamasi Pulau Tikus itu sudah mendapat dukungan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan setelah dilakukan pemaparan pekan lalu di Jakarta.

Program reklamasi itu akan menghabiskan biaya antara Rp500 miliar hingga Rp1 triliun untuk mengembalikan luas awal sekitar 20 hektare, sedangkan hamparan karang di bawahnya luasnya mencapai 25 hektare.

Pada tahun ini akan dilakukan kajian akademis dengan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan pada 2018 dibuatkan peraturan daerah, dan Amdal sehingga program itu mulai berjalan sekitar tahun 2019.

Berdasarkan catatan, pada tahun 1998 luas Pulau Tikus itu masih utuh dua hektare, dua tahun berikutnya berkurang menjadi 0,88 hektare dan pada tahun 2014 luasnya tinggal 0,77 hektare.

Menurut dia, bila pulau itu tidak direklmasi maka akan tinggal nama karena pasirnya habis digerus kikisan air laut.

Bila pulau itu bisa diselamatkan akan menjadi salah satu obyek wisata andalan Provinsi Bengkulu, karena bisa berfungsi ganda di samping menjadi lokasi mancing tingkat nasional.

Di pulau itu saat ini hanya dihuni dua orang penjaga mencusuar, dengan vegetasi barat berupa nipah, ketapang, bambu, pandan dan rumput semak belukar.

Sedangkan keindahan dalam laut sekitar pulau itu beribu jenis bunga karang yang beraneka ragam bentuknya, sehingga sangat pantas untuk dijual bagi pelancong datang dari luar Bengkulu, baik wisata nusantara maupun wisata mancanegara. ***1***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017