Rejang Lebong (Antaranews Bengkulu) - Satu dari 189 penumpang jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin kemarin diketahui berasal dari Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.
Korban musibah Lion Air ini adalah Dewi Herlina (30) penumpang yang terdaftar di manifes penerbangan nomor 65 tersebut adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Siharman dan Ridamsi warga Kelurahan Tempel Rejo, Kecamatan Curup Selatan yang sejak beberapa tahun ini tinggal di Kabupaten Bekasi bersama keluarganya.
"Dia adalah adik ipar saya, sejak kuliah dan bekerja dia tinggal di Jawa. Kami tidak menyangka kalau adik kami itu termasuk dalam salah satu daftar penumpang pesawat Lion Air yang naas itu," ujar Satip, saat ditemui di rumah orang tua korban di Keluahan Tempel Rejo, Selasa.
Kabar duka itu sendiri, kata dia, mereka didapatkan dari Aldi (suami korban) yang menelepon orang tua korban. Selain itu mereka juga menyaksikan berita di berbagai televisi yang memberitakan jatuhnya pesawat itu berikut memuat daftar penumpangnya.
Baca juga: Gubernur kunjungi keluarga Tami Julian, korban Lion Air JT610 asal Bengkulu
Setelah memastikan nama korban ada di daftar 189 penumpang yang menjadi korban dalam kecelakaan pesawat ini, kedua orang tua Dewi langsung berangkat ke Jakarta dengan menggunakan pesawat dari Bandara Fatmawati Soekarno di Kota Bengkulu.
Korban sendiri, kata dia, adalah pegawai di Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM), yang sering keliling Indonesia untuk menjalankan tugasnya sebagai analis.
Biasanya sebelum berangkat ke suatu daerah korban selalu memberikan kabar kepada keluarganya di Curup, namun saat keberangkatannya menuju Pangkal Pinang kemarin tidak dilakukannya.
"Terakhir kali keluarga berkomunikasi sekitar seminggu yang lewat. Dia sempat menghubungi isteri saya yang merupakan kakak perempuannya. Isteri saya mendapat firasat kurang baik, manakala dia sempat mengutarakan kangen dengan adiknya kembarnya Nopriyani dan Nopriyana," ujarnya.
Korban sendiri terakhir pulang ke Kota Curup bersama dengan keluarganya dari Bekasi pada musim libur Lebaran Idul Fitri pada Juni 2018 lalu.
Mereka berharap upaya pencairan yang dilakukan tim Basarnas dan petugas lainnya bisa secepatnya menemukan para korbannya dan dapat teridentifikasi.
Baca juga: Jenazah tak utuh jadi kendala identifikasi korban Lion Air
Baca juga: YLKI pertanyakan tarif murah Lion Air
Baca juga: Robot penyelam diterjunkan cari pesawat Lion Air
Baca juga: Pesawat Lion yang jatuh masih baru
Baca juga: Dua anggota DPRD terhindar dari kecelakaan Lion Air
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
Korban musibah Lion Air ini adalah Dewi Herlina (30) penumpang yang terdaftar di manifes penerbangan nomor 65 tersebut adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Siharman dan Ridamsi warga Kelurahan Tempel Rejo, Kecamatan Curup Selatan yang sejak beberapa tahun ini tinggal di Kabupaten Bekasi bersama keluarganya.
"Dia adalah adik ipar saya, sejak kuliah dan bekerja dia tinggal di Jawa. Kami tidak menyangka kalau adik kami itu termasuk dalam salah satu daftar penumpang pesawat Lion Air yang naas itu," ujar Satip, saat ditemui di rumah orang tua korban di Keluahan Tempel Rejo, Selasa.
Kabar duka itu sendiri, kata dia, mereka didapatkan dari Aldi (suami korban) yang menelepon orang tua korban. Selain itu mereka juga menyaksikan berita di berbagai televisi yang memberitakan jatuhnya pesawat itu berikut memuat daftar penumpangnya.
Baca juga: Gubernur kunjungi keluarga Tami Julian, korban Lion Air JT610 asal Bengkulu
Setelah memastikan nama korban ada di daftar 189 penumpang yang menjadi korban dalam kecelakaan pesawat ini, kedua orang tua Dewi langsung berangkat ke Jakarta dengan menggunakan pesawat dari Bandara Fatmawati Soekarno di Kota Bengkulu.
Korban sendiri, kata dia, adalah pegawai di Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM), yang sering keliling Indonesia untuk menjalankan tugasnya sebagai analis.
Biasanya sebelum berangkat ke suatu daerah korban selalu memberikan kabar kepada keluarganya di Curup, namun saat keberangkatannya menuju Pangkal Pinang kemarin tidak dilakukannya.
"Terakhir kali keluarga berkomunikasi sekitar seminggu yang lewat. Dia sempat menghubungi isteri saya yang merupakan kakak perempuannya. Isteri saya mendapat firasat kurang baik, manakala dia sempat mengutarakan kangen dengan adiknya kembarnya Nopriyani dan Nopriyana," ujarnya.
Korban sendiri terakhir pulang ke Kota Curup bersama dengan keluarganya dari Bekasi pada musim libur Lebaran Idul Fitri pada Juni 2018 lalu.
Mereka berharap upaya pencairan yang dilakukan tim Basarnas dan petugas lainnya bisa secepatnya menemukan para korbannya dan dapat teridentifikasi.
Baca juga: Jenazah tak utuh jadi kendala identifikasi korban Lion Air
Baca juga: YLKI pertanyakan tarif murah Lion Air
Baca juga: Robot penyelam diterjunkan cari pesawat Lion Air
Baca juga: Pesawat Lion yang jatuh masih baru
Baca juga: Dua anggota DPRD terhindar dari kecelakaan Lion Air
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018