Jakarta (Antaranews Bengkulu) - Menteri lingkungan hidup dari berbagai negara bertemu dalam The 4th Intergovermental Review Meeting on the Implementation of the Global Programme of Action for the Protection of the Marine Environment from Land-Based Activities (IGR-4) di Bali.
IGR-4 yang berlangsung 31 Oktober-1 November 2018, kata Siti Nurbaya di Jakarta, Selasa (30/10), merupakan ajang Badan PBB Bidang Lingkungan atau UNEP dan dihadiri para menteri lingkungan hidup dari berbagai negara di dunia. Sekitar 89 delegasi negara dengan sekitar 400 pejabat pemerintah dipastikan hadir di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali mengikuti agenda lima tahunan ini.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Dr Siti Nurbaya Bakar MSc sebagai ketua forum setelah sebelumnya diketuai Filipina. Siti Nurbaya akan memimpin berbagai sidang untuk menghasilkan berbagai kesepakatan baru antarnegara.
Tema yang diangkat IGR 4, yakni "Pollution in Ocean and Land Connection".
Ketua dan tiga wakil ketua akan dipilih sesuai prosedur UNEP pada sidang sesi pertama Rabu (31/10) pagi. Hasil-hasil kesepakatan IGR-4 akan dituangkan dalam Deklarasi Bali sebagai dukungan nyata perlindungan dan pelestarian lingkungan laut global, terutama dari masalah sampah plastik.
Ada tiga agenda utama dalam IGR4. Pertama, peninjauan pelaksanaan Global Programme of Action for the Protection of the Marine Environment from Land-based Activities (GPA) periode 2012-2017 sebagai mandat Manila Declaration.
Kedua, menyusun kebijakan masa depan GPA periode 2018-2022. Ketiga Program kerja GPA periode 2018-2022 yang dilaksanakan melalui Coordination Office.
"Kita akan buktikan komitmen sekaligus kepemimpinan Indonesia dalam IGR 4 ini nantinya mampu menghasilkan kesepakatan positif bagi masa depan dunia, terutama mengatasi masalah polusi laut," kata Siti Nurbaya.
Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah setelah pertemuan IGR ke-1 diselenggarakan di Montreal, Kanada, pada tahun 2001, pertemuan IGR ke-2 di Beijing, China, tahun 2006 dan pertemuan IGR ke-3 di Manila, Filippina pada tahun 2012 dengan hasil berupa Manila Declaration.
Menteri delegasi IGR-4 sudah berada di Indonesia. Diantaranya Menteri Lingkungan Tuvallu, Mackenzie Kiritome dan Menteri Lingkungan Hidup Republik Kongo yang juga menjabat sebagai Menteri Pariwisata Arlette Soudan-Nonault.
Menteri Arlette bahkan langsung memanfaatkan waktu sebelum pembukaan IGR-4 dengan mengunjungi Kalimantan Barat untuk melihat langsung langkah-langkah nyata perlindungan gambut di Indonesia.
Selain ke Kalbar, Menteri Arlette bersama dengan pejabat Republik Kongo dan Direktur eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP) Erik Solheim juga menghadiri peresmian Pusat Gambut Tropis Internasional di Bogor pada Selasa (30/10).
"Ini juga menjadi bukti apresiasi dunia atas berbagai upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam komitmen perubahan iklim, mewujudkan pembangunan inklusif dan berkelanjutan," kata Siti Nurbaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
IGR-4 yang berlangsung 31 Oktober-1 November 2018, kata Siti Nurbaya di Jakarta, Selasa (30/10), merupakan ajang Badan PBB Bidang Lingkungan atau UNEP dan dihadiri para menteri lingkungan hidup dari berbagai negara di dunia. Sekitar 89 delegasi negara dengan sekitar 400 pejabat pemerintah dipastikan hadir di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali mengikuti agenda lima tahunan ini.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Dr Siti Nurbaya Bakar MSc sebagai ketua forum setelah sebelumnya diketuai Filipina. Siti Nurbaya akan memimpin berbagai sidang untuk menghasilkan berbagai kesepakatan baru antarnegara.
Tema yang diangkat IGR 4, yakni "Pollution in Ocean and Land Connection".
Ketua dan tiga wakil ketua akan dipilih sesuai prosedur UNEP pada sidang sesi pertama Rabu (31/10) pagi. Hasil-hasil kesepakatan IGR-4 akan dituangkan dalam Deklarasi Bali sebagai dukungan nyata perlindungan dan pelestarian lingkungan laut global, terutama dari masalah sampah plastik.
Ada tiga agenda utama dalam IGR4. Pertama, peninjauan pelaksanaan Global Programme of Action for the Protection of the Marine Environment from Land-based Activities (GPA) periode 2012-2017 sebagai mandat Manila Declaration.
Kedua, menyusun kebijakan masa depan GPA periode 2018-2022. Ketiga Program kerja GPA periode 2018-2022 yang dilaksanakan melalui Coordination Office.
"Kita akan buktikan komitmen sekaligus kepemimpinan Indonesia dalam IGR 4 ini nantinya mampu menghasilkan kesepakatan positif bagi masa depan dunia, terutama mengatasi masalah polusi laut," kata Siti Nurbaya.
Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah setelah pertemuan IGR ke-1 diselenggarakan di Montreal, Kanada, pada tahun 2001, pertemuan IGR ke-2 di Beijing, China, tahun 2006 dan pertemuan IGR ke-3 di Manila, Filippina pada tahun 2012 dengan hasil berupa Manila Declaration.
Menteri delegasi IGR-4 sudah berada di Indonesia. Diantaranya Menteri Lingkungan Tuvallu, Mackenzie Kiritome dan Menteri Lingkungan Hidup Republik Kongo yang juga menjabat sebagai Menteri Pariwisata Arlette Soudan-Nonault.
Menteri Arlette bahkan langsung memanfaatkan waktu sebelum pembukaan IGR-4 dengan mengunjungi Kalimantan Barat untuk melihat langsung langkah-langkah nyata perlindungan gambut di Indonesia.
Selain ke Kalbar, Menteri Arlette bersama dengan pejabat Republik Kongo dan Direktur eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP) Erik Solheim juga menghadiri peresmian Pusat Gambut Tropis Internasional di Bogor pada Selasa (30/10).
"Ini juga menjadi bukti apresiasi dunia atas berbagai upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam komitmen perubahan iklim, mewujudkan pembangunan inklusif dan berkelanjutan," kata Siti Nurbaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018