Kupang (Antaranews Bengkulu) - Antropolog Budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Gregor Neonbasu SVD PhD menilai, ada tiga faktor utama yang menjadi penyebab sebagian orang lebih memilih menjadi golput.

Faktor pertama adalah kualitas kampanye para calon yang ikut dalam kontestasi pemilu, yang kurang menarik dan tidak membangkitkan hasrat warga masyarakat untuk mengambil bagian dalam Pemilu, kata Dosen Universitas Katolik Widya Mandira Kupang ini kepada Antara di Kupang, Rabu.

Dia mengemukakan pandangan itu, menjawab pertanyaan seputar mengapa sebagian orang lebih suka memilih menjadi golput ketimbang menjadi peserta pemilu yang baik. 

"Saya pernah menerima jawaban yang sama mengenai daripada bersusah-susah mengikuti Pemilu, lebih baik dan lebih aman menjadi golput," katanya. 

"Analisa saya, alasan pertama adalah kualitas kampanye kurang menarik minat, dan tidak membangkitkan hasrat warga masyarakat untuk mengambil-bagian dalam pemilu," katanya menambahkan.

Faktor kedua adalah, para calon yang diajukan partai-partai politik mungkin melewati mekanisme partai politik, namun warga melihat justru dengan pertimbangan berbeda. 

"Orang kampung yang ada di pelosok desa sudah pintar menilai, calon mana yang layak menjadi wakil mereka," katanya.

Faktor ketiga adalah praktek politik, dimana warga masyarakat juga sudah mahir membaca mengenai praktek uang (money politic), yang sudah memborgol kreativitas para politis kita. 

Menurut dia, selama uang menguasai khazanah dunia politik kita, maka kualitas politik kita juga sama seperti berdagang.

Bedanya adalah para pedagang selalu melihat dan pandai menghitung untung dan rugi.

"Tetapi berdagang dalam dunia politik ibarat membangun jurang untuk masa depan," kata Pater Gregorius yang juga Anggota Institut Antropos Jerman itu.

Pewarta: Bernadus Tokan

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018