Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu meminta pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengirimkan tim untuk memeriksa langsung kondisi tutupan lahan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Sungai Bengkulu untuk memastikan keterkaitan banjir di Kota Bengkulu dengan aktivitas delapan tambang batu bara di hulu sungai.

“Pejabat KLHK seharusnya mengirim tim ke hulu Sungai Bengkulu dan melihat langsung bagaimana hancurnya anak-anak sungai akibat penambangan di zona DAS Bengkulu,” kata Manajer Kampanye Industri Ekstraktif Walhi Bengkulu, Dede Frastien di Bengkulu, Rabu.

Ia mengatakan hal itu terkait pernyataan Kepala Sub Direktorat Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai KLHK Ernawati yang menyebutkan bahwa penyebab banjir Bengkulu salah satunya dipicu rob.

Baca juga: Kembali bertambah, korban tewas banjir Bengkulu jadi 30 orang

Pernyataan ini, menurut Dede, menunjukkan ketidaktahuan pejabat KLHK tersebut akan kondisi di lapangan. Sejauh pendokumentasian Walhi Bengkulu, banjir rob belum pernah melanda pesisir Kota Bengkulu.

“Pernyataan itu terkesan asal bicara tanpa data dan kami melihat ini taktik cuci tangan KLHK atas bencana antroposentris khusunya di Kota Bengkulu,” katanya.

Saat ini, lanjut Dede, Walhi Bengkulu tengah menggugat salah satu perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di hulu Sungai Bengkulu yaitu PT Kusuma Raya Utama.

Konsesi tambang batu bara ini bahkan berada dalam kawasan konservasi Taman Buru Semidang Bukit Kabu. Operasi tambang ini, menurut dia, telah mengganggu anak sungai yang mengalir ke DAS Bengkulu yaitu Sungai Air Napal.

Baca juga: Warga bantu perbaiki kelistrikan Bengkulu usai dihantam banjir

Sementara Direktur Genesis Bengkulu Uli Siagian menambahkan aktivitas pertambangan telah mengubah bentang alam, dari semula memiliki tutupan lahan yang baik menjadi terbuka dengan kerukan. Kawasan hulu, termasuk juga kawasan hutan yang merupakan daerah tangkapan air akan kehilangan fungsi tata air.

“Akhirnya saat intensitas curah hujan tinggi air langsung masuk ke sungai dan sungai meluap, ini pelajaran yang sudah kita terima sejak sekolah dasar,” katanya.

Sebelumnya Direktur Kanopi Bengkulu Ali Akbar menegaskan bahwa keberadaan tambang batu bara di hulu Sungai Bengkulu telah memperparah banjir yang terjadi di hilir sungai yaitu Kota Bengkulu.

Menurutnya ada delapan perusahaan tambang yang beroperasi dalam zona DAS Bengkulu dengan luas total 19 ribu hektare.

Delapan tambang itu adalah PT. Bengkulu Bio Energi, PT. Kusuma Raya Utama, PT. Bara Mega Quantum, PT. Inti Bara Perdana, PT. Danau Mas Hitam, PT. Ratu Samban Mining, PT. Griya Pat Petulai, PT. Cipta Buana Seraya dengan luas total 19 ribu hektare. Ditambah satu perusahaan perkebunan sawit milik PT Agriandalas yang juga berada di daerah tangkapan air Sungai Bengkulu. 
Baca juga: Sekda: Jalan langganan banjir di Kepahiang akan ditinggikan
Baca juga: Menteri BUMN tinjau perbaikan listrik pascabanjir dan longsor di Bengkulu

Pewarta: Helti Marini S

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019