Lemang merupakan makanan tradisional yang selalu dinanti saat Hari Raya Idul Fitri, terutama bagi masyarakat Provinsi Jambi.

Makanan tradisional berbahan baku beras ketan yang dimasak dengan cara dibakar ini merupakan salah satu panganan hari raya yang wajib ada bagi masyarakat di daerah itu. Meski makanan tersebut bukan merupakan masakan tradisional khas Jambi, namun penganan tersebut sudah sangat familiar bagi masyarakat di daerah itu.

“Makanan ini asalnya dari Provinsi Sumatera Barat, namun di Jambi jenis masakan ini sudah sangat dikenal dan menjadi salah satu panganan yang wajib ada saat hari raya,” kata Gazali warga Batanghari, Jambi yang telah memproduksi kue lemang sajak tahun 1986.

Dalam kesehariannya Gazali memang memproduksi lemang. Sudah 33 tahun Ia memproduksi lemang untuk dijual di daerah itu.

Menurut Gazali saat bulan Ramadhan dan hari raya permintaan lemang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Biasanya dalam satu hari Ia hanya memproduksi lemang sebanyak 5 kilogram ketan, namun saat Ramadhan Ia mampu membuat lemang sebanyak 15 hingga 20 kilogram ketan dalam satu hari.

Terutama menjelang hari raya, banyak masyarakat di daerah itu yang memesan lemang kepada dirinya. Menjelang hari raya pesanan lemang tersebut bisa mencapai 100 potong bambu bahkan lebih.

“Kalau dihitung-hitung sejak awal Ramadhan hingga hari raya beras ketan yang dihabiskan untuk membuat lemang mencapai setengah ton lebih,” kata Gazali.

Proses pembuatan lemang tersebut terlihat gampang namun sulit dikerjakan. Karena proses pembuatan lemang tidak semata-mata membakar beras ketan. Namun terdapat beberapa tahapan dan proses agar lemang terasa lembut dan gurih.

Dijelaskan Gazali, membuat kue lemang tersebut menggunakan media bambu. Bambu yang digunakan merupakan bambu pilihan, dimana bambu tersebut tidak boleh terlalu tebal tujuannya agar proses memasak lemang tidak memakan waktu yang begitu lama dan matangnya merata.

“Pertama bambu di potong seukuran satu ruas bambu dengan panjang antara 30-40 centimeter,” kata Gazali.

Selanjutnya bagian dalam bambu dibersihkan dengan menggunakan kain. Setelah bambu bersih setiap sisi dibagian dalam bambu diberi daun pisang. Setelah daun pisang terpasang degan rapi didalam bambu dimasukkan beras ketan dan disiram dengan santan kelapa.

Selanjutnya bambu-bambu yang telah berisi beras ketan dan disiram santan kelapa diletakkan di tungku yang dirangkai khusus untuk dibakar. Api yang digunakan untuk membakar kue lemang tersebut tidak boleh terlalu besar dan tidak boleh terlalu kecil. Selama proses pembakaran, posisi bambu harus terus di ubah agar ketan yang ada didalamnya masak merata.

Setalah ketan masak dengan ciri-ciri ketan yang berda di dalam bambu telah terlihat dari luar dan menggelegak, maka api dapat dipadamkan dan kue ketan harus didinginkan terlebih dahulu sebelum di angkat.

“Proses pendinginan memakan waktu sekitar satu jam, dari awal proses pembuatan lemang sampai dengan proses pendinginan memakan waktu sekitar 2,5 sampai dengan 3 jam,” kata Gazali.

Penjualan lemang tersebut dapat dilakukan dalam dua cara, pertama lemang di potong kecil-kecil. Jika dipotong kecil, satu potong kue lemang dihargai sebesar Rp1.000. Selanjutnya kue lemang dijual utuh dalam satu potong bambu.

Harga lemang yang dijual dalam satu potong bambu bervariasi, tergantung besar kecilnya ukuran bambu. Dalam satu potong bambu kue lemang tersebut dihargai dari Rp25 ribu sampai dengan Rp30 ribu.

Pewarta: Muhammad Hanapi

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019