Musi Rawas (ANTARA Bengkulu) - Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan siap mengembangkan padi gogo varietas lokal asal Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, bernama "dayang rindu" melalui rekayasa genetik.

"Batan sudah menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan padi 'dayang rindu' melalui rekayasa genetik dengan menggunakan teknologi nuklir," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Benih Unggul (BBU) pada Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Musi Rawas, Gito Surono, Selasa.

Saat ini, menurut dia, tinggal menunggu komitmen dan kerja sama oleh Pemkab Musi Rawas maupun perguruan tinggi untuk menjadikannya sebagai bahan penelitian dan pengembangan pangan.

Kesiapan Batan untuk mengembangkan padi gogo asal daerah itu yang memiliki aroma dan cita rasa khas tersebut, kata dia, diketahui dengan adanya pemberian benih padi tiga varietas hasil penemuan Batan ke BBU setempat untuk dikembangkan. Ketiga varietas ini terdiri atas varietas mira-1, kemudian invari sidenok dan varietas bestari serta benih kedelai varietas mutiara-1.

Jika sudah ada komitmen dari pemerintah setempat atau kerja sama dengan perguruan tinggi, Batan akan segera menyiapkan tenaga ahli berikut peralatan laboratorium. Pengembangannya akan dilakukan melalui rekayasa genetik melalui penyinaran dengan energi nuklir, sehingga dapat memperpendek umur tanam atau genjah dari enam bulan menjadi empat bulan serta dapat ditanam di berbagai lokasi.

Selama ini padi "Dayang Rindu" hanya dapat tumbuh dengan baik di dua kecamatan dari 21 kecamatan di daerah itu, yakni Kecamatan Jayaloka dan Sukakarya. Kendati padi jenis ini dapat tumbuh subur di kecamatan lainnya, namun wangi aroma beras yang dihasilkan tidak sama dengan di dua kecamatan tadi.

Tidak heran jika beras "Dayang Rindu" asal daerah itu kerap dijadikan oleh-oleh untuk pejabat dari pemerintah pusat saat berkunjung ke daerah ini, selain berasnya pulen juga beraroma wangi.

Di pasaran lokal beras "dayang rindu" dijual petani Rp10.000 per kilogram dan biasanya sebelum panen jauh-jauh hari sudah dipesan oleh pembeli baik dari Kabupaten Musi Rawas maupun daerah lainnya.

Padi "dayang rindu" ini, kata dia, sejak dua tahun lalu mulai ditangkarkan guna pemurnian benih karena beras serupa yang beredar sudah tercampur dengan beras jenis lainnya. Proses pemurnian padi tersebut akan memakan waktu lama hingga 10 tahun, mengingat masa tanam hingga panen bisa sampai enam bulan lebih dengan produksi per hektare antara 1,9 sampai 2,5 ton per hektare.  

Dia berharap Pemkab Musi Rawas maupun perguruan tinggi di daerah ini dapat menjalin kerjasama untuk pengembangannya, supaya umur tanam lebih singkat dan dapat ditanam di berbagai lokasi, sehingga nantinya padi tersebut dapat dicegah dari kepunahan.(KR-NMD)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012