Kepala Dinas TPHP Provinsi Bengkulu, M Rizon di saat dihubungi, Jumat mengatakan bahwa budidaya padi biofortifikasi dilakukan guna menyediakan beras yang kaya gizi, khususnya untuk mengatasi stunting.
"Saat ini pemerintah daerah tengah mengembangkan benih tersebut karena mengandung Zinc (Zn) yang lebih tinggi dibandingkan varietas lain," ujar dia.
Ia menyebutkan, untuk hasil panen dari budidaya beras biofortifikasi tersebut akan disalurkan ke daerah dengan angka stunting yang masih tinggi di Bengkulu, seperti Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara dan wilayah lainnya.
"Kami ingin menanam benih padi berkualitas tinggi dengan kandungan gizi lebih lengkap di banyak daerah di Bengkulu, diantaranya Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Bengkulu Utara karena angka stunting masih tinggi di daerah ini," sebutnya.
Untuk jenis padi biofortifikasi dari pemerintah pusat memiliki hasil panen yang setara dengan benih biasa yang ditanam petani, sehingga para petani dapat menanam beras tersebut tanpa harus perawatan khusus.
Diketahui, zinc merupakan zat gizi mikro penting untuk mendukung sistem kekebalan dan metabolisme tubuh, dengan terpenuhi asupan Zinc di dalam tubuh akan membuat tubuh menjadi sehat dan terhindar dari risiko stunting.
Kekurangan Zinc dalam tubuh mengakibatkan kecerdasan rendah, daya tahan lemah, produktivitas rendah, pertumbuhan dan penampilan kulit, rambut dan kuku tidak optimal dan perkembangan kognitif dan motorik terganggu.
"Kami berharap kehadiran benih padi biofortifikasi dapat membantu memenuhi Zinc dan mencegah stunting. Selain itu pada anak balita stunting, volume otak cenderung lebih kecil. Jika kelak tumbuh dewasa, anak balita tersebut berisiko terkena penyakit tidak menular, seperti darah tinggi, jantung, dan diabetes, makanya Zinc sangat diperlukan," jelas Rizon.