Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, salah satu kendala lambatnya proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu karena faktor cuaca. 

Rohidin menjelaskan, tertundanya pengiriman bantuan logistik, perlengkapan dan tim gabungan Satgas Karhutla ke Pulau Enggano karena gelombang laut yang tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pelayaran.

"Kemarin sudah diberangkatkan tim melalui Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara. Memang agak tertunda beberapa hari karena waktu akan diberangkatkan kondisi cuaca buruk dan kapal tidak bisa berlayar," kata Rohidin di Bengkulu, Kamis.

Seperti diketahui, jarak antara Kota Bengkulu ke Pulau Enggano sekitar 200 kilometer. Jika menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Pulau Baai, Kota Bengkulu, waktu tempuh normal ke Pulau Enggano bisa sekitar 12 jam.

Data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bengkulu menyebut, dari Agustus hingga 15 September 2019 terdeteksi tiga titik api di Pulau Enggano. Data ini diperoleh dari pantauan satelit yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan.

Kebakaran lahan di Pulau Enggano ini sudah berlangsung hampir satu bulan. Api pun mulai merambat ke perkebunan masyarakat. Informasi yang diperoleh, luas area lahan yang terbakar kini sudah mencapai 100 hektare.

Minimnya peralatan yang tersedia menyebabkan api susah untuk dipadamkan. Selain itu, kondisi kemarau menyebabkan beberapa sumber air di Pulau Enggano mengering dan lokasi lahan yang terbakar berada dikawasan perbukitan sehingga susah diakses.

Terkait kemarau panjang yang melanda seluruh daerah di Provinsi Bengkulu, Pemerintah Provinsi Bengkulu berencana menggelar salat istisqo atau salat meminta hujan, serta do'a dan dzikir bersama.

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019