"Penurunan kasus stunting di wilayah tersebut merupakan keberhasilan seluruh elemen di Kota Bengkulu," kata Kepala DP3AP2KB Bengkulu Dewi Darma di Bengkulu, Selasa.
Dia menambahkan, prevalensi stunting Kota Bengkulu turun drastis dimana pada 2022 yaitu 12,9 persen menjadi 6,7 persen pada 2023 sehingga mengalami penurunan sebesar 6,2 persen.
Penurunan angka stunting tersebut berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
Dengan capaian tersebut, Dewi mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu terus berkomitmen menangani stunting dan membuat Kota Bengkulu zero stunting.
Karena dengan adanya penurunan kasus stunting tersebut menjadi pemacu semangat untuk terus menurunkan bahkan menghilangkan kasus stunting di Kota Bengkulu.
Karena dengan adanya penurunan kasus stunting tersebut menjadi pemacu semangat untuk terus menurunkan bahkan menghilangkan kasus stunting di Kota Bengkulu.
Sementara itu, untuk mencegah kasus stunting di Kota Bengkulu, tidak hanya terkait dengan pemenuhan asupan nutrisi dan gizi, tetapi juga akses dan konsumsi air bersih serta ketersediaan jamban keluarga juga mempunyai peran penting.
Oleh karena itu, pemerintah setempat menyarankan agar masyarakat mengkonsumsi air yang dimasak atau yang telah direbus hingga mendidih pada suhu 100 derajat.
Hal tersebut dilakukan tidak hanya untuk air dari sungai, sumur atau sumber air lainnya, tetapi juga untuk isi ulang agar tetap di rebus.
Selain itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bengkulu akan melakukan pemeriksaan Hemoglobin (HB) siswi tingkat sekolah dalam upaya penurunan angka stunting.
Pemeriksaan tersebut dilakukan secara berkala sebab, perempuan memiliki HB rendah dan berpotensi melahirkan bayi stunting, oleh karena itu pemeriksaan HB difokuskan untuk remaja putri tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di Kota Bengkulu.