Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Sebanyak 50 orang warga Desa Lebong Tandai Kecamatan Napal Putih Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu bergotong-royong memperbaiki rel lori yang terputus di dua titik akibat longsor.

"Warga dibantu anggota Kodim Bengkulu Utara dan Polsek Napal Putih bergotong-royong memperbaiki rel yang terputus akibat longsor beberapa waktu lalu," kata Camat Napal Putih M Sabi`i saat dihubungi dari Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan, rel lori yang merupakan bekas transportasi pengangkut hasil tambang emas pada zaman Belanda masih digunakan sebagai satu-satunya akses transportasi warga di desa yang berbatasan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat itu. Hujan lebat bebeberapa waktu lalu membuat longsor di dua titik dan mengakibatkan rel lori terputus total.

Dua titik longsor yakni di kilometer 15 dan kilometer 20 menuju Lebong Tandai dari ibukota kecamatan, Napal Putih. Jarak dari Napal Putih ke Desa Lebong Tandai sekitar 35 kilometer. "Dua titik longsor yakni di kilometer 15, rel terputus sepanjang 15 meter dan di kilometer 20 rel terputus sepanjang 30 meter," katanya.

Perbaikan rel di kilometer 15 sudah tuntas dan saat ini warga masih memperbaiki rel yang terputus di kilometer 20.
Untuk sementara kata dia, warga membangun jembatan darurat dari kayu sepanjang 30 meter. Sebelumnya di titik tersebut terdapat gorong-gorong yang dibangun zaman kolonial namun kurang perawatan sehingga saat hujan terbawa arus sungai.

"Dari napal putih ke kilometer 20 sudah bisa menggunakan lori, penumpang turun untuk menyeberangi jembatan sepanjang 30 meter dan melanjutkan perjalanan dengan lori ke Lebong Tandai sekitar 15 kilometer lagi," katanya menerangkan. Sabi`i mengatakan kondisi cuaca dengan curah hujan yang masih tinggi membuat kegiatan perbaikan rel di kilometer 20 terhambat.

Perbaikan rel tersebut kata dia juga dibantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Bengkulu Utara. "Material bangunan seperti besi dan alat las dari BPBD, sedangkan batu dan pasir diambil dari daerah setempat," katanya.

Untuk pasokan bahan pangan kata dia, warga mendapat bantuan dari Dinas Sosial Bengkulu Utara. Desa Lebong Tandai dihuni sekitar 650 orang penduduk yang sebagian besar berprofesi sebagai penambang emas tradisional. Masa kejayaan penambangan emas di desa ini dimulai pada 1910 saat perusahaan Mijnbous Maatschappij Simau milik Belanda masuk dan menguasai pertambangan emas.(RNI)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012