Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Bengkulu mencatat, angka pernikahan dini di Bengkulu hingga saat ini masih tinggi, sehingga berpengaruh pada perkembangan penduduk ke depan.

Pernikahan usia dini merupakan masalah dalam pelaksanaan program kependudukan dan KB, karena dapat mengakibatkan buruknya sektor kesehatan dan pendidikan sehingga berdampak pada rendahnya kualitas SDM, kata Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Widati di Bengkulu, Sabtu.

Ia mengatakan, faktor pernikanan usia dini tersebut, sampai sekarang masih mendominasi permasalahan kependudukan, hal itu diketahui melalui analisa sementara Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan pernikahan pertama terjadi pada usia 19,8 tahun.

Akibatnya, target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 tidak akan tercapai karena masalah program KB dalam pembangunan kependudukan masih tingginya angka usia menikah remaja, pendidikan rendah dari tahapan keluarga rendah, khususnya di Kabupaten Bengkulu Utara, katanya.

Berdasarkan hasil SP 2011 dan perhitungan Program Morpax, usia kawin pertama remaja di Kabupaten Bengkulu Utara mencapai angka tertinggi dari kabupaten lainnya di Bengkulu.

"Angka usia kawin remaja 15-19 tahun di Kabupaten Bengkulu Utara pada pendidikan rendah mencapai angka tertinggi 39,8 persen dari tahapan keluarga rendah," ujarnya.

Kemudian 23,6 persen dari tahapan keluarga sederhana, dan 6,76 dari tahapan keluarga sejahtera. Pada pendidikan sedang hanya 8,85 persen dari tahapan keluarga rendah, 18,0 persen dari tahapan keluarga sederhana dan 13,5 persen dari tahapan keluarga Sejahtera.

Kabupaten Bengkulu Utara mencapai angka usia kawin tertinggi dibandingkan angka usia kawin di kabupaten Bengkulu Selatan, Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah, Kaur, Lebong, Rejang Lebong, Kepahiang, Mukomuko, dan Seluma.

Sementara Kabupaten Bengkulu Selatan, usia menikah remaja pada pendidikan rendah 14,29 persen dari tahapan keluarga rendah, 30,43 dari tahapan keluarga sederhana, 6,15 dari tahapan keluarga sejahtera.

Kasubid Penyusunan Prameter Pengendalian Pendudukan BKKBN Bengkulu, Agus Supardi mengatakan, masalah program KKB dalam pembangunan kependudukan masih tingginya angka usia kawin pada remaja pendidikan rendah dari tahapan keluarga rendah, khususnya di Kabupaten Bengkulu Utara.

Sedangkan pada pendidikan sedang, 25 persen dari tahapan keluarga rendah, 21,74 dari tahapan keluarga sederhana, dan 6,15 persen dari tahapan keluarga sejahtera.

Sementara di Kota Bengkulu, angka usia pernikahan remaja pada pendidikan rendah 18,75 persen dari tahapan keluarga rendah, 11,24 persen dari tahapan keluarga sederhana, 1,05 persen dari tahapan keluarga sejahtera.

Untuk pendidikan sedang 12,5 persen dari tahapan keluarga rendah, 16,85 persen dari tahapan keluarga sederhana, 13,09 persen dari tahapan keluarga sejahtera.

Sasaran program KB dalam RPJMN 2010-2014, meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun untuk wanita dan 25 pria.

Melihat dari hasil analisa sementara SDKI 2012, program berencana bukan semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah tapi juga menjadi tanggung jawab bersama dalam mendorong pembangunan kependudukan di daerah ini, katanya. (Antara)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013