Bengkulu (ANTARA) - Air Sungai Seblat sedikit berarus setelah Jumat malam diguyur hujan lebat. Empat ekor gajah Sumatera jantan terlihat menyeberangi sungai dengan perlahan menuju kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Seblat.
Barokah yang menunggangi gajah bernama Nelson terlihat berada di depan diikuti tiga ekor gajah lainnya yang ditunggangi masing-masing pawang atau mahout.
Sabtu sore sekira pukul 16.30 WIB, keempat gajah itu kembali ke Pusat Latihan Gajah (PLG) yang berada di dalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat setelah empat jam menyapa pengunjung yang mengisi libur lebaran di TWA Seblat.
“Ini hari ketiga pengunjung ramai mendatangi TWA Seblat untuk melihat dan menaiki gajah,” kata Barokah, salah seorang mahout yang piket merawat gajah saat hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah.
Pengunjung yang berasal dari luar kota dan masyarakat sekitar Kecamatan Marga Sakti Seblat dan Putri Hijau mulai memadati kawasan TWA Seblat sejak H+2 Lebaran.
Ada empat ekor gajah jantan yang menyambut turis lokal di kawasan itu yakni gajah Nelson, Roby, Ucok dan Dino. Secara bergantian keempat gajah itu dinaiki pengunjung terutama anak-anak.
Kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat selalu dipenuhi pengunjung saat libur Lebaran. Tahun ini tingkat kunjungan semakin tinggi seiring gencarnya promosi yang dilakukan untuk melestarikan TWA Seblat sebagai rumah atau habitat kunci gajah Sumatera.
Ada 12 ekor gajah binaan di PLG Seblat di mana delapan ekor merupakan gajah betina yang diangon di dalam hutan, sedangkan empat ekor gajah jantan dirawat tidak jauh dari camp PLG Seblat.
“Pengawasan gajah jantan lebih ketat karena ancaman perburuan untuk mengambil gadingnya sangat tinggi,” kata Barokah.
Berlebaran di Seblat
Merawat gajah yang merupakan satwa langka dilindungi adalah tugas utama Barokah dan tujuh mahout lainnya di PLG Seblat yang masuk dalam wilayah Desa Sukabaru Kecamatan Marga Sakti Seblat Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Ayah empat anak ini sudah menggeluti profesinya sejak 1997. Selama 22 tahun bekerja, Barokah selalu menghabiskan malam takbiran dan Hari Raya Idul Fitri di kawasan PLG Seblat.
Di saat hampir semua orang memilih berada di tengah keluarga untuk menyambut hari kemenangan ini, pria kelahiran Bantul 1976 ini harus memastikan gajah Nelson terawat dengan baik.
“Sebenarnya ingin berkumpul dengan keluarga, tapi ini juga sudah kewajiban, karena gajah tidak bisa disuruh menyimpan makanan dalam lambung untuk seminggu,” katanya.
Selain karena tanggung jawab pada tugas, Barokah mengaku tidak tega meninggalkan Nelson, gajah yang dirawatnya selama bertahun-tahun. Dalam hidup Barokah tinggal bersama gajah justru lebih lama dari pada hari-hari yang dihabiskannya bersama keluarga. Dalam sebulan, 22 hari Barokah berada di PLG Seblat sedangkan delapan hari jatah libur ia habiskan bersama keluarga.
Menjadi mahout pendamping bagi Nelson selama belasan tahun dan menjadi mahout utama dalam lima tahun terakhir membuat Barokah merasa punya ikatan batin tersendiri dengan satwa itu.
“Seperti sudah menyatu jadi saya tidak merasa rugi menghabiskan setiap tahun Hari Raya Idul Fitri dengan Nelson, apalagi keluarga juga sudah memahami tugas saya,” ujarnya.
Barokah mengatakan saat malam takbiran ia mengisi malam dengan melakukan panggilan video dengan anggota keluarga sembari memastikan keamanan gajah.
Saat sholat Id 1 Syawal 1440 Hijriah, pria yang berdomisili di Kota Bengkulu ini pun bergabung dengan umat Muslim lainnya di Mushola Desa Sukabaru Bawah.
“Tahun-tahun sebelumnya kalau lagi ingin sholat di masjid biasanya pergi ke Desa Sukabaru Atas atau Desa Sukamaju,” katanya menambahkan.
Pada Lebaran kali ini giliran piket juga dialami mahout lainnya, Tohirman yang merawat gajah Dino.
Pria yang bermukim di Manna Kabupaten Bengkulu Selatan ini mengatakan sudah beberapa kali dapat giliran piket saat Hari Raya Idul Fitri.
“Tidak setiap tahun tapi ada beberapa kali pas giliran piket jatuh pada Hari Raya Idul Fitri dan itu tidak masalah bagi kita karena merawat gajah sudah jadi kewajiban kami,” katanya.
Setiap hari aktivitas seorang mahout diawali pada pagi hari dengan persiapan pribadi dan memastikan seragam dan perlengkapan sudah tersedia. Lalu pukul 8.00 WIB diawali dengan memandikan gajah dengan berendam di aliran Sungai Seblat.
Setelah mandi, gajah dibawa ke pusat latihan untuk memastikan perintah-perintah mahout dipatuhi gajah. Beberapa perawatan juga dilakukan mahout seperti membersihkan telapak gajah. Tujuannya untuk memastikan tidak ada benda yang masuk ke dalam telapak gajah yang dapat melukai satwa tersebut.
Berikutnya, gajah digembalakan atau "diangon" di kawasan hutan sekitar camp PLG Seblat dan mahout juga memasuki jam istirahat. Selanjutnya pada siang para mahout mengarit pakan tambahan bagi gajah kemudian kembali menuntun gajah ke sungai untuk mandi sore.
Selain perawatan harian, tugas lain para mahout adalah mengikuti patroli pengamanan kawasan hutan bersama gajah dan polisi hutan.
Patroli ini memastikan kawasan konservasi TWA Seblat seluas lebih kurang 7.000 hektare dalam kondisi aman dari aktivitas ilegal seperti perambahan dan penebangan pohon secara liar.
Wisata Unggulan
Gajah Sumatera yang dibina di PLG Seblat bertujuan membantu petugas mengatasi konflik antara manusia dengan gajah liar di kawasan sekitar TWA Seblat.
Setiap konflik antara manusia dengan gajah liar di wilayah itu akan diatasi dengan menggunakan gajah binaan atau gajah “jinak” untuk mengusir dan menuntun gajah liar kembali ke kawasan hutan.
Selaln itu, kawasan PLG Seblat yang berstatus taman wisata alam juga memiliki fungsi ekowisata yang menawarkan habitat alami gajah Sumatera kepada wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pada 2018, kawasan PLG Seblat oleh Kementerian Pariwisata dipromosikan dalam "Tourism Expo Japan 2018".
Sejumlah aktivitas yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mulai dari jelajah habitat gajah, adopsi pohon, susur sungai hingga pemantauan burung atau bird watching.
Untuk mendukung potensi tersebut, penyedia jasa wisata lokal berkolaborasi dengan masyarakat telah menyediakan rumah tinggal atau homestay di desa penyangga TWA Seblat yaitu Desa Sukabaru.
Selain berinteraksi dengan satwa dilindungi gajah Sumatera, wisatawan juga dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan mengenali budaya mereka.
Oleh pemerintah Provinsi Bengkulu, TWA Seblat juga menjadi salah satu destinasi wisata unggulan untuk menyukseskan tahun kunjungan wisata ke Bengkulu pada 2020 dengan "Wonderfull Bengkulu 2020”.