Para nelayan tradisional di Kecamatan Hulu Kabupaten Bengkulu Utara kembali bentrok dengan nelayan pengguna alat tangkap pukat harimau atau trawl Pulau Baai yang menyebabkan empat korban harus dirawat di rumah sakit Bhayangkara, Bengkulu. 

"Benar ada bentrok di perairan Bengkulu Utara," kata Kapolres Bengkulu Utara AKBP Anton Setyo Hartanto melalui Kasat Reskrim Polres Bengkulu Utara AKP Jery Antonius Nainggolan di Bengkulu, Jum'at. 

Gusnadi, tokoh masyarakat Desa Urai Bengkulu Utara menjelaskan bahwa kronologis bermula saat nelayan tradisional melihat nelayan kapal trawl di tengah laut. 

Aktivitas kapal trawl tersebut menurut nelayan merusak perairan sekaligus merusak alat tangkap nelayan tradisional Kecamatan Air Napal hingga Ketahun.

"Kemudian nelayan tradisional berangkat untuk menangkap namun dalam penangkapan terjadilah kejadian yang tidak diharapkan," ujar Gusnadi. 

Saat melakukan pengejaran, kapal trawl melakukan penembakan yang mengakibatkan nelayan tradisional terluka sehingga memancing emosi nelayan lainnya. 

Atas kejadian tersebut pihaknya meminta kepada pemerintah provinsi segera menyelesaikan permasalahan ini agar tidak berlarut-larut.

"Karena kapal trawl tidak boleh berlayar di wilayah Indonesia," katanya. 

Saat ini kondisi di Desa Batik Nau, Urai, Ketahun, Air Napal, Lubuk Tanjung sudah berangsur membaik dan anggota kepolisian tetap berjaga di daerah tersebut. 

"Kondisi berangsur kondusif, lalu lintas lancar dan masyarakat nelayan sudah kembali ke rumah mereka masing-masing," kata Kapolsek Air Besi Ipda Aljum Fitri. 

Keempat korban yang dirawat adalah tiga orang dari nelayan pengguna trawl dan seorang nelayan tradisional.

Situasi saat ini, keempat korban masih dalam perawatan intensif di ruang IGD RS Bhayangkara Polda Bengkulu serta situasi masih aman terkendali.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020