Jakarta, (Antara Bengkulu) - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) H Djoko Santoso menegaskan kembali kesiapannya menjadi calon presiden serta berjanji akan memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia.
"Dengan mengucap Bismillah, saya siap menjadi calon presiden. Saya siap memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara," tegasnya ketika memberikan pembekalan pada Musyawarah Kerja Nasional ke-2 Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) di Jakarta, Senin malam.
Djoko Santoso menyampaikan hal tersebut ketika menjawab pertanyaan peserta Munas Parmusi mengenai kesiapannya untuk maju ke pemilihan presiden pada Pemilu 2014.
Ia menjelaskan, tekadnya untuk menjadi calon presiden sudah bulat. Keputusannya untuk maju ke Pilpres 2014 pertama kali datang dari sahabat-sahabat yang berasal dari berbagai partai politik serta sejumlah tokoh masyarakat. Dalam kaitan itu, Panglima TNI 2007-2010 itu bahkan mengaku sudah membentuk Tim Sukses.
Tapi, menurut Ketua Gerakan Indonesia ASA (adil, sejahtera, aman) itu, sebagai orang Jawa dirinya lebih bisa "rumongso" (merasa) dari pada "rumongso bisa" (merasa bisa), sehingga ia mengaku berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Berhasil tidaknya menjadi Presiden, saya serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang penting saya mengikuti prosesnya dengan baik dalam sistem yang berkualitas. Kalau terus memikirkan hasil ahir saja, saya bisa `stress," katanya.
Menurut Djoko, tekadnya untuk maju ke Pilpres 2014 juga dilandasi oleh keprihatinan bahwa reformasi yang sudah berusia 15 tahun ternyata belum memberikan hasil sesuai harapan sebagian besar rakyat, terutama dari sisi keadilan dan kesejahteraan.
Dia menyatakan ingin terus berjuang untuk Indonesia yang adil, sejahtera dan aman. Itu pula sebabnya ia membentuk Gerakan Indonesia ASA dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ketua Dewan Pembina Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) dan Ketua Dewan Penasehat Forum Sekretaris Desa Seluruh Indonesia (Forsekdesi) itu menambahkan, menjadi pemimpin pada dasarnya adalah menjadi orang yang siap berkorban, bahkan siap menderita demi kemajuan rakyat yang dipimpinnya.
Sementara itu pengamat politik Universitas Indonesia Donny T Rimbawan menilai, peluang Djoko Santoso menjadi capres relatif besar, sebab masyarakat sudah merasa bosan dengan beberapa capres militer yang sudah muncul dalam beberapa kali pilpres sebelumnya.
Selain terbilang 'fresh', sebagai mantan orang tertinggi di TNI, Djoko Santoso tentunya masih punya pengaruh besar di lingkungan TNI serta masih memiliki jaringan intelijen yang tidak dimiliki kalangan partai.
Donny merasa yakin Djoko Santoso bakal dilirik partai-partai politk berhaluan nasionalis mengingat lengkapnya pengalaman yang dimiliki.
Pria kelahiran Solo 60 tahun yang lalu itu saat aktif selaku salah satu petinggi TNI berhasil memadamkan konflik bernuansa SARA di Ambon.
Djoko Santoso juga sukses dalam memimpin pelaksanaan tugas kemanusiaan di Aceh pasca tsunami. Selain itu ia tidak pernah terlibat dalam urusan hak asasi manusia (HAM) serta dalam kegiatan bisnis dengan memanfaatkan jabatan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Dengan mengucap Bismillah, saya siap menjadi calon presiden. Saya siap memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara," tegasnya ketika memberikan pembekalan pada Musyawarah Kerja Nasional ke-2 Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) di Jakarta, Senin malam.
Djoko Santoso menyampaikan hal tersebut ketika menjawab pertanyaan peserta Munas Parmusi mengenai kesiapannya untuk maju ke pemilihan presiden pada Pemilu 2014.
Ia menjelaskan, tekadnya untuk menjadi calon presiden sudah bulat. Keputusannya untuk maju ke Pilpres 2014 pertama kali datang dari sahabat-sahabat yang berasal dari berbagai partai politik serta sejumlah tokoh masyarakat. Dalam kaitan itu, Panglima TNI 2007-2010 itu bahkan mengaku sudah membentuk Tim Sukses.
Tapi, menurut Ketua Gerakan Indonesia ASA (adil, sejahtera, aman) itu, sebagai orang Jawa dirinya lebih bisa "rumongso" (merasa) dari pada "rumongso bisa" (merasa bisa), sehingga ia mengaku berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Berhasil tidaknya menjadi Presiden, saya serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang penting saya mengikuti prosesnya dengan baik dalam sistem yang berkualitas. Kalau terus memikirkan hasil ahir saja, saya bisa `stress," katanya.
Menurut Djoko, tekadnya untuk maju ke Pilpres 2014 juga dilandasi oleh keprihatinan bahwa reformasi yang sudah berusia 15 tahun ternyata belum memberikan hasil sesuai harapan sebagian besar rakyat, terutama dari sisi keadilan dan kesejahteraan.
Dia menyatakan ingin terus berjuang untuk Indonesia yang adil, sejahtera dan aman. Itu pula sebabnya ia membentuk Gerakan Indonesia ASA dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ketua Dewan Pembina Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) dan Ketua Dewan Penasehat Forum Sekretaris Desa Seluruh Indonesia (Forsekdesi) itu menambahkan, menjadi pemimpin pada dasarnya adalah menjadi orang yang siap berkorban, bahkan siap menderita demi kemajuan rakyat yang dipimpinnya.
Sementara itu pengamat politik Universitas Indonesia Donny T Rimbawan menilai, peluang Djoko Santoso menjadi capres relatif besar, sebab masyarakat sudah merasa bosan dengan beberapa capres militer yang sudah muncul dalam beberapa kali pilpres sebelumnya.
Selain terbilang 'fresh', sebagai mantan orang tertinggi di TNI, Djoko Santoso tentunya masih punya pengaruh besar di lingkungan TNI serta masih memiliki jaringan intelijen yang tidak dimiliki kalangan partai.
Donny merasa yakin Djoko Santoso bakal dilirik partai-partai politk berhaluan nasionalis mengingat lengkapnya pengalaman yang dimiliki.
Pria kelahiran Solo 60 tahun yang lalu itu saat aktif selaku salah satu petinggi TNI berhasil memadamkan konflik bernuansa SARA di Ambon.
Djoko Santoso juga sukses dalam memimpin pelaksanaan tugas kemanusiaan di Aceh pasca tsunami. Selain itu ia tidak pernah terlibat dalam urusan hak asasi manusia (HAM) serta dalam kegiatan bisnis dengan memanfaatkan jabatan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013