Mukomuko (Antara Bengkulu) - Pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten
Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menjamin makanan "bukoan" di darah itu
tidak memakai bahan pengawet berbahaya.
"Mayoritas jajanan `bukoan` yang dijual pedagang kita itu dimasak sebelum dijual dan harus habis saat itu juga," kata Kabid Farmasi dan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko, Khairul Saleh, di Mukomuko, Senin.
Ia menjelaskan, makanan seperti misalnya kue kue dan gulai untuk menu berbuka puasa tersebut hanya dikonsumsi sekali saja sehingga tidak mungkin mengunakan bahan bahan pengawet berbahaya.
"Mana ada makanan yang tidak laris dijual hari itu dipanaskan lagi, kecuali di rumah sendiri," katanya.
Untuk itu, ia menyarankan masyarakat setempat untuk tidak terlalu khawatir dengan makanan yang dijual oleh pedagang di sejumlah pasar kaget yang tersebar di 15 kecamatan di daerah itu.
Meskipun, diakuinya, pihaknya tidak ada kegiatan selama bulan puasa tahun ini ini untuk melakukan pemriksaan makan "bukoan" yang dijual oleh pedagang yang tersebar di darah itu.
Karena, lanjutnya, tidak tersedianya anggaran dalam APBD untuk kegiatan pemeriksaan makanan tersebut.
Namun, kata dia, pendidikan secara umum dari dinas sudah diberikan kepada pedagang di daerah itu.
Pendidikan tersebut, lanjutnya, meliputi pengetahuan tentang zat pewarna yang tidak boleh digunakan serta dampak bagi kesehatan jika bahan bahan tersebut digunakan dalam makanan.
Sementara kegiatan lain yang tidak kalah penting dilaksanakan oleh dinas menjelang lebaran, sebutnya, pemeriksaan produk kedaluwarsa dari luar yang dijual di toko dan Psaar Tradisional di daerah itu.
"Biasanya produk produk kedaluwarsa itu dikemas semenarik mungkin agar laris dijual menjelang lebaran," ujarnya. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Mayoritas jajanan `bukoan` yang dijual pedagang kita itu dimasak sebelum dijual dan harus habis saat itu juga," kata Kabid Farmasi dan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko, Khairul Saleh, di Mukomuko, Senin.
Ia menjelaskan, makanan seperti misalnya kue kue dan gulai untuk menu berbuka puasa tersebut hanya dikonsumsi sekali saja sehingga tidak mungkin mengunakan bahan bahan pengawet berbahaya.
"Mana ada makanan yang tidak laris dijual hari itu dipanaskan lagi, kecuali di rumah sendiri," katanya.
Untuk itu, ia menyarankan masyarakat setempat untuk tidak terlalu khawatir dengan makanan yang dijual oleh pedagang di sejumlah pasar kaget yang tersebar di 15 kecamatan di daerah itu.
Meskipun, diakuinya, pihaknya tidak ada kegiatan selama bulan puasa tahun ini ini untuk melakukan pemriksaan makan "bukoan" yang dijual oleh pedagang yang tersebar di darah itu.
Karena, lanjutnya, tidak tersedianya anggaran dalam APBD untuk kegiatan pemeriksaan makanan tersebut.
Namun, kata dia, pendidikan secara umum dari dinas sudah diberikan kepada pedagang di daerah itu.
Pendidikan tersebut, lanjutnya, meliputi pengetahuan tentang zat pewarna yang tidak boleh digunakan serta dampak bagi kesehatan jika bahan bahan tersebut digunakan dalam makanan.
Sementara kegiatan lain yang tidak kalah penting dilaksanakan oleh dinas menjelang lebaran, sebutnya, pemeriksaan produk kedaluwarsa dari luar yang dijual di toko dan Psaar Tradisional di daerah itu.
"Biasanya produk produk kedaluwarsa itu dikemas semenarik mungkin agar laris dijual menjelang lebaran," ujarnya. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013