Bengkulu (Antara-IPKB) - Guna menempatkan remaja sebagai modal pembangunan, kalangan itu perlu penyiapan diri untuk memiliki kemampuan dan keterampilan agar mengisi kesempatan karya. Upaya mencapai sasaran tersebut para remaja perlu mendapat konseling kesehatan reproduksi.
Hal itu disampaikan kepala Bidang Keluarga sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS-PK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Bengkulu Adharsya kepada wartawan di Bengkulu belum lama ini.
Ia mengatakan, mengingat penduduk usia remaja baik secara Nasional maupun lokal (Provinsi Bengkulu) berjumlah cukup besar. Proyeksi pada 2011 jumlah penduduk remaja di Bengkulu mencapai 318.160 atau 18,24 persen dari penduduk sebanyak 1,7 juta jiwa.
Proforsi kalangan muda sebanyak itu perlu bimbingan dan konseling tentang kesehatan reproduksi sebab tidak sedikit pengaruh negatif yang akan merusak tatanan kesehatan sehingga memengaruhi perkembangan pembangunan kependudukan secara umum, ujarnya.
Perilaku seksual remaja dan penyimpangan lainnya yang semakin permisif tidak terlepas dari persoalan penduduk, yang dapat memberikan perubahan sosial secara positif, tetapi juga berdampak negatif mengakibatkan ketidakserasian antara unsur sosial yang ada didalam masyarakat.
Perubahan sosial sebagai akibat perubahan penduduk yang terjadi pada struktur dan fungsi sistem lingkungan sosial dengan sistem sosial dan faktor internal keluarga akan terjadi integrasi sosial, bila sebaliknya terjadi disintegrasi sosial
Ia menambahkan, Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) di kalangan remaja.
Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah-masalah sertaan lainnya yaitu aborsi dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional.
Sementara itu hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bengkulu Iskandar menyebutkan, bahwa pembinaan dan konseling kespro bagi remaja baik terhadap penduduk muda di pedesaan maupun perkotaan.
Alasannya, beberapa permasalahan yang berkaitan remaja terdapat persentase lebih tinggi dipesesaan. Dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 diperoleh informasi penduduk umur 10 – 14 tahun yang telah kawin sebesar 0,10 persen dan yang cerai sebesar 0.011 persen sedang kelompok umur 15 – 19 tahun yang telah kawin sebesar 7,45 persen dan cerai 0,34 persen,
Tingkat pendidikan remaja pada tahun 2011, tidak pernah sekolah 3,80 persen, tidak tamat SD 1,90 persen, tamat SD 25,10 persen, tamat SLTP 34,2 persen, tamat SLTA 28,6 persen, Akademi0,1 persen dan Perguruan Tinggi 6,4 persen.
Selain itu berdasarkan analisa hasil Survey RPJMN Remaja 2012 akan difokuskan pada perilaku menyimpang dari remaja berkaitan dengan perilaku melakukan hubungan sex pra nikah.
Dari remaja yang diwawancarai 3,50 persen mengatakan sudah melakukan hubungan sex pra nikah, menurut jenis kelamin 2,52 persen per total remaja yang diwawancarai dilakukan oleh remaja laki-laki dan 0,97 persen dilakukan remaja perempuan sedangkan yang mengatakan tidak pernah melakukan dari responden remaja laki-laki sebesar 45,05 persen, remaja perempuan 48,35 persen dan yang mengatakan tidak tahu remaja laki-laki sebesar 1,75 persen, dan 1,36 persen remaja perempuan. (rs)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
Hal itu disampaikan kepala Bidang Keluarga sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS-PK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Bengkulu Adharsya kepada wartawan di Bengkulu belum lama ini.
Ia mengatakan, mengingat penduduk usia remaja baik secara Nasional maupun lokal (Provinsi Bengkulu) berjumlah cukup besar. Proyeksi pada 2011 jumlah penduduk remaja di Bengkulu mencapai 318.160 atau 18,24 persen dari penduduk sebanyak 1,7 juta jiwa.
Proforsi kalangan muda sebanyak itu perlu bimbingan dan konseling tentang kesehatan reproduksi sebab tidak sedikit pengaruh negatif yang akan merusak tatanan kesehatan sehingga memengaruhi perkembangan pembangunan kependudukan secara umum, ujarnya.
Perilaku seksual remaja dan penyimpangan lainnya yang semakin permisif tidak terlepas dari persoalan penduduk, yang dapat memberikan perubahan sosial secara positif, tetapi juga berdampak negatif mengakibatkan ketidakserasian antara unsur sosial yang ada didalam masyarakat.
Perubahan sosial sebagai akibat perubahan penduduk yang terjadi pada struktur dan fungsi sistem lingkungan sosial dengan sistem sosial dan faktor internal keluarga akan terjadi integrasi sosial, bila sebaliknya terjadi disintegrasi sosial
Ia menambahkan, Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) di kalangan remaja.
Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah-masalah sertaan lainnya yaitu aborsi dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional.
Sementara itu hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bengkulu Iskandar menyebutkan, bahwa pembinaan dan konseling kespro bagi remaja baik terhadap penduduk muda di pedesaan maupun perkotaan.
Alasannya, beberapa permasalahan yang berkaitan remaja terdapat persentase lebih tinggi dipesesaan. Dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 diperoleh informasi penduduk umur 10 – 14 tahun yang telah kawin sebesar 0,10 persen dan yang cerai sebesar 0.011 persen sedang kelompok umur 15 – 19 tahun yang telah kawin sebesar 7,45 persen dan cerai 0,34 persen,
Tingkat pendidikan remaja pada tahun 2011, tidak pernah sekolah 3,80 persen, tidak tamat SD 1,90 persen, tamat SD 25,10 persen, tamat SLTP 34,2 persen, tamat SLTA 28,6 persen, Akademi0,1 persen dan Perguruan Tinggi 6,4 persen.
Selain itu berdasarkan analisa hasil Survey RPJMN Remaja 2012 akan difokuskan pada perilaku menyimpang dari remaja berkaitan dengan perilaku melakukan hubungan sex pra nikah.
Dari remaja yang diwawancarai 3,50 persen mengatakan sudah melakukan hubungan sex pra nikah, menurut jenis kelamin 2,52 persen per total remaja yang diwawancarai dilakukan oleh remaja laki-laki dan 0,97 persen dilakukan remaja perempuan sedangkan yang mengatakan tidak pernah melakukan dari responden remaja laki-laki sebesar 45,05 persen, remaja perempuan 48,35 persen dan yang mengatakan tidak tahu remaja laki-laki sebesar 1,75 persen, dan 1,36 persen remaja perempuan. (rs)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014